Namaku Lulu. Aku seorang mahasiswi jurusan Fisika di pinggiran ibukota semester 4. Aku tidak mempunyai teman di jurusan. Tetapi aku mempunyai 2 teman dekat di luar. Yang pertama bernama Nisa. Dia mahasiswi Kimia seangkatan denganku. Dia anaknya baik, lucu, humoris, kalau bicara apa saja selalu nyambung. Satu lagi bernama Fatur. Dia mahasiswa Teknik Sipil satu angkatan juga denganku. Dia berkarakter pekerja keras, karismatik, tetapi dia sangat cuek. Bagiku, Fatur adalah orang terindah di dalam hidupku. Hidupku semakin berwarna dengan kehadiran Fatur. Dia sering sibuk dengan dunianya sendiri.
Kami berteman dekat sejak masa ospek dulu. Setelah ospek selesai, kami sering bermain kemana pun. Kami bertiga pernah bertamasya dari Jakarta ke Bogor dengan motor masing-masing. Namun, kami semua berubah. Aku sibuk menjadi Kepala Departemen Sosial Masyarakat di organisasi fakultasku. Nisa sibuk penelitian kimia untuk kesehatan. Dia ngotot sekali ikut riset. Setelah ditolak mentah-mentah oleh beberapa dosen, akhirnya Nisa diajak kakak tingkatnya membantu penelitian di rumah sakit. Sementar Fatur, nah ini paling tidak jelas. Dia ambil kerja part time di restoran arab murah "Rabakhir" dekat kampus. Dulu sewaktu masih maba, kami bertiga sering nongkrong di Rabakhir. Selain itu, aku mendapat kabar Fatur dicalonkan menjadi ketua BEM tahun ini.
Suatu pagi, aku melihat ada promo tahun baru di Rabakhir. Aku langsung chat di grup kami bertiga untuk makan bareng.
"Ada yang longgar pagi ini?"
Fatur membalas "Ada apa lu?"
Tiba-tiba aku mendapat chat ada orang yang mau bertemu aku di sekre.
"Gua pengen makan di Rabakhir mumpung promo. Etapi ga jadi"
"Yah padahal gua longgar sampai jam 11 loh" Kata Nisa.
Apalah daya diriku. Aku ada kampanye bersama beberapa himpunan mahasiswa jurusan. Tiba-tiba aku diminta menggantikan temanku yang akan kuliah.
Sejujurnya, aku tidak tertarik dengan makanan di Rabakhir. Aku tidak tertarik dengan harga promo. Seelitnya diriku sebagai anak Jakarta, aku lebih menyukai makanan murah dan mengenyangkan. Tetapi, aku rindu canda tawa kami di sana. Setiap aku mampir ke restoran ini, aku selalu merindukan Fatur dan Nisa. Hidup ini dinamis, bukan statis. Setiap orang mendapat gaya eksternal masing-masing untuk melakukan sesuatu. Tidak tahu jenis gaya apa yang menghampiri kami. Sehingga, kami saling berjauhan.
Dulu, dulu sekali, aku merindukan Fatur sebagai pengagum rahasia. Entah mengapa aku bisa menyukai orang secuek itu. Gaya yang diberikan Fatur untukku begitu kuat sehingga aku selalu ingin bersamanya. Aku tak pernah tahu apa yang ada di hatinya. Aku tidak berani bertanya kepada Fatur. Aku selalu memikirkan dirinya.
Akhirnya, pada sore hari aku dan Nisa makan bareng di Rabakhir. Menyantap kebab kesukaan kami. Sesaat aku sampai di Rabakhir, aku melihat sekeliling mencari Fatur. Memang, kehadiran kami mendadak. Kemudian aku dan Nisa menghampiri kasir untuk membeli pesanan. Ternyata kini Rabakhir menjual kebab baru, kebab dengan kulit rasa blackpepper. Setelah aku berpikir panjang aku memutuskan mencoba kebab baru. Namun, di dalam hati, aku masih mencari Fatur, masih melihat sekeliling restoran. Hingga aku intip dapur balik kasir. Aku bagaikan anak hilang yang mencari ibunya.
"Hmm... Rasanya emang beda" Kata aku yang duduk menghadap jendela luar.
"Beda gimana lu" Kata Nisa.
"Ada blackpepper gimana gitu"
"Eh tadi gua sarapan di sini trus ketemu Kak Huda. Katanya dia kangen sama elu" Kata Nisa.
"Bodo amat"
"Lah lu ga percaya ?"
"Kaga lah"
Kak Huda adalah seorang asisten manajer di Rabakhir. Performanya di Restoran sangat bagus. Maka dari itu, Kak Huda cepat naik pangkat.
Tiba-tiba hujan datang dengan deras.
"Yah Nis, gua mau rapat di MIPA. Mana hujan deras lagi. Masa gua kadepnya ga dateng" Kata aku.
"Ya mau gimana lagi Lulu. Paling temen-temen lu pada ngaret juga" Kata Nisa.
"Mereka kan di MIPA aja dari tadi."
Akhirnya aku menunggu di Rabakhir hingga hujan reda.
Ah hujan. Dia selalu menemaniku disaat diri ini gundah. Hujan yang selalu membawaku nostalgia aku, Fatur, dan Nisa di saat maba dulu. Kami pernah kehujanan saat kami pulang dari Bogor dulu.
10 Menit berlalu, tidak ada tanda-tanda reda. Tetapi aku melihat seorang pemuda tinggi memakai topi berlarian menuju restoran. Aku sepertinya mengenalnya. Tetapi aku sedang asik berbicara dengan Nisa. Namun, pemuda itu semakin mendekati kami. Ternyata orang itu adalah Fatur.
"...iya di fisika eksperimenya bukan satu matkul satu......" Aku bercerita.
Tiba-tiba Fatur masuk restoran langsung menginjak sepatuku.
"Fatur buset" Aku ketus.
Kemudian Fatur menginjak sendal Nisa.
"Lah engga pake sepatu lu ke kampus ?" Tanya Fatur.
"Lu kayak ga pernah liat Nisa pake sendal tiap hari aja" Jawab aku.
Dibalik kekesalan aku yang sepatunya diinjak Fatur, Aku sangat bahagia kami bisa berkumpul kembali. Senang bisa melihat Fatur setelah sekian lama menghilang.
Dibawah hujan sore, kami bisa berkumpul kembali. Dibawah hujan pula aku dapat bertemu Fatur.
Kami berteman dekat sejak masa ospek dulu. Setelah ospek selesai, kami sering bermain kemana pun. Kami bertiga pernah bertamasya dari Jakarta ke Bogor dengan motor masing-masing. Namun, kami semua berubah. Aku sibuk menjadi Kepala Departemen Sosial Masyarakat di organisasi fakultasku. Nisa sibuk penelitian kimia untuk kesehatan. Dia ngotot sekali ikut riset. Setelah ditolak mentah-mentah oleh beberapa dosen, akhirnya Nisa diajak kakak tingkatnya membantu penelitian di rumah sakit. Sementar Fatur, nah ini paling tidak jelas. Dia ambil kerja part time di restoran arab murah "Rabakhir" dekat kampus. Dulu sewaktu masih maba, kami bertiga sering nongkrong di Rabakhir. Selain itu, aku mendapat kabar Fatur dicalonkan menjadi ketua BEM tahun ini.
Suatu pagi, aku melihat ada promo tahun baru di Rabakhir. Aku langsung chat di grup kami bertiga untuk makan bareng.
"Ada yang longgar pagi ini?"
Fatur membalas "Ada apa lu?"
Tiba-tiba aku mendapat chat ada orang yang mau bertemu aku di sekre.
"Gua pengen makan di Rabakhir mumpung promo. Etapi ga jadi"
"Yah padahal gua longgar sampai jam 11 loh" Kata Nisa.
Apalah daya diriku. Aku ada kampanye bersama beberapa himpunan mahasiswa jurusan. Tiba-tiba aku diminta menggantikan temanku yang akan kuliah.
Sejujurnya, aku tidak tertarik dengan makanan di Rabakhir. Aku tidak tertarik dengan harga promo. Seelitnya diriku sebagai anak Jakarta, aku lebih menyukai makanan murah dan mengenyangkan. Tetapi, aku rindu canda tawa kami di sana. Setiap aku mampir ke restoran ini, aku selalu merindukan Fatur dan Nisa. Hidup ini dinamis, bukan statis. Setiap orang mendapat gaya eksternal masing-masing untuk melakukan sesuatu. Tidak tahu jenis gaya apa yang menghampiri kami. Sehingga, kami saling berjauhan.
Dulu, dulu sekali, aku merindukan Fatur sebagai pengagum rahasia. Entah mengapa aku bisa menyukai orang secuek itu. Gaya yang diberikan Fatur untukku begitu kuat sehingga aku selalu ingin bersamanya. Aku tak pernah tahu apa yang ada di hatinya. Aku tidak berani bertanya kepada Fatur. Aku selalu memikirkan dirinya.
Akhirnya, pada sore hari aku dan Nisa makan bareng di Rabakhir. Menyantap kebab kesukaan kami. Sesaat aku sampai di Rabakhir, aku melihat sekeliling mencari Fatur. Memang, kehadiran kami mendadak. Kemudian aku dan Nisa menghampiri kasir untuk membeli pesanan. Ternyata kini Rabakhir menjual kebab baru, kebab dengan kulit rasa blackpepper. Setelah aku berpikir panjang aku memutuskan mencoba kebab baru. Namun, di dalam hati, aku masih mencari Fatur, masih melihat sekeliling restoran. Hingga aku intip dapur balik kasir. Aku bagaikan anak hilang yang mencari ibunya.
"Hmm... Rasanya emang beda" Kata aku yang duduk menghadap jendela luar.
"Beda gimana lu" Kata Nisa.
"Ada blackpepper gimana gitu"
"Eh tadi gua sarapan di sini trus ketemu Kak Huda. Katanya dia kangen sama elu" Kata Nisa.
"Bodo amat"
"Lah lu ga percaya ?"
"Kaga lah"
Kak Huda adalah seorang asisten manajer di Rabakhir. Performanya di Restoran sangat bagus. Maka dari itu, Kak Huda cepat naik pangkat.
Tiba-tiba hujan datang dengan deras.
"Yah Nis, gua mau rapat di MIPA. Mana hujan deras lagi. Masa gua kadepnya ga dateng" Kata aku.
"Ya mau gimana lagi Lulu. Paling temen-temen lu pada ngaret juga" Kata Nisa.
"Mereka kan di MIPA aja dari tadi."
Akhirnya aku menunggu di Rabakhir hingga hujan reda.
Ah hujan. Dia selalu menemaniku disaat diri ini gundah. Hujan yang selalu membawaku nostalgia aku, Fatur, dan Nisa di saat maba dulu. Kami pernah kehujanan saat kami pulang dari Bogor dulu.
10 Menit berlalu, tidak ada tanda-tanda reda. Tetapi aku melihat seorang pemuda tinggi memakai topi berlarian menuju restoran. Aku sepertinya mengenalnya. Tetapi aku sedang asik berbicara dengan Nisa. Namun, pemuda itu semakin mendekati kami. Ternyata orang itu adalah Fatur.
"...iya di fisika eksperimenya bukan satu matkul satu......" Aku bercerita.
Tiba-tiba Fatur masuk restoran langsung menginjak sepatuku.
"Fatur buset" Aku ketus.
Kemudian Fatur menginjak sendal Nisa.
"Lah engga pake sepatu lu ke kampus ?" Tanya Fatur.
"Lu kayak ga pernah liat Nisa pake sendal tiap hari aja" Jawab aku.
Dibalik kekesalan aku yang sepatunya diinjak Fatur, Aku sangat bahagia kami bisa berkumpul kembali. Senang bisa melihat Fatur setelah sekian lama menghilang.
Dibawah hujan sore, kami bisa berkumpul kembali. Dibawah hujan pula aku dapat bertemu Fatur.