Imagination is important than knowledge -Albert Einstein

Jumat, 16 Desember 2011

Uninhabited

Sometimes a person standing in front of the door
To be my occupant
Sometimes a person standing in front of the door
To say goodbye to me
Sometimes people also were replaced with another
Sometimes the person is not gone forever too.......

But .... what I'm feeling now
Nobody wants to be occupant
Silence .... very quite
Now there's only me
I'm just the rooms lined floor and covered with a roof

So also in my heart
I'm a lonely heart ..... no touching of another person
They do not love me anymore
They are selfish .... take to the road
My heart no longer inhabited .....
Don't know how long .....

God, give me someone who loved me
Who would accept me as I
Accept me when the joy and sorrow come
I hope God heard the silence of this heart






created by : Attiya Nur A.

Sabtu, 10 Desember 2011

Kau Bagaikan Emas

Kau bagaikan emas
Begitu berkilaunya dirimu diantara lainnya
Kau bagaikan emas
Begitu mahalnya diantara yang lainnya
Kau bagaikan emas
Karna mahalnya, akan ku simpan baik-baik

Tapi kau bagaikan emas
Yang ternyata hanya oplosan
Kau bagaikan emas
Yang oplosannya membuatku ingin melemparmu, menjatuhkanmu, bahkan menginjakmu
Kau bagaikan emas
Rasanya ingin bakar hidup-hidup

Karena kau bagaikan emas
Membuatku galau tingkat kota
Pilih buang saja karena KAU oplosan
Atau sebaiknya simpan saja
Karena aku telah membayar mahal untuk emas ini???


Jumat, 30 September 2011

Bekal Buat Masa Depan


Sudah 2 bulan tugas mapel EC (English Conversation, mapel langka dan satu-satunya di kelas efektif) nunggak. Tugasnya itu : menghafalkan 16 tenses. Tenses-tenses itu sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, termasuk bahasa inggris. Aku takut saat disuruh keluar kelas dan si Mr. Teguh menunggu untuk ambil nilai. Masalahnya guru ini salah sedikit aja udah nyerocos banyak-banyak makanya nilainya pernah pas-pasan.
Hampir tiap hari aku hapalkan tenses-tenses itu sampai diluar kepala. Tapi yang membuat ga mau maju : takut nervous lagi! Kalau suasana sudah ribut dikurangi nilainya walaupun aku tidak terganggu sama sekali, ckck. Tetapi karena teman-teman sekelas sudah pada maju, terpaksalah……
Sebelum maju, aku tidak ingat tenses sama sekali. Cuma bisa tenangin perasaan, baca ayat kursi, mandangin adek kelas lagi main bola sebagai huburan. huh, kini, giliranku.
“Mr. aku ngapalinnya sambil tutup mata aja ya!” Aku takut lihat mata Mr. Teguh. Sekalian rileksin diri.
“Kok tutup mata sih? Ntar kalo disuruh pidato gimana? Tau-tau ada bom lewat.”
Terpaksalah…..
Sebagian dari ucapan itu ada yang salah. Mr. Teguh malah diam. Sekali-kali beliau membimbingku karena ga pernah diajarin sama sekali. 10 menit itu rasanya nyiksa (nyiksa deg degan). Udahlah, pasrah aja deh!
Kemudian Mr. Teguh nulisin nilainya di kertas nilai.
“Ini nilainya….” Mr. Teguh nunjukkin padaku.
Aku melihatnya, aku dapat….. 10!? Subhanallah, inilah hasil jerih payah menghafal sambil gugup 2 bulan.
“Thanks mister” Aku membalasnya.
“Kamu tidak boleh trima kasih padaku. Sayalah yang berterima kasih padamu. Tenses ini berguna buat masa depan kamu. Saat kamu di luar negri saat pidato kamu pakai rumus ini. Kamu udah nunjukkin yang terbaik.”
Saat itu aku hanya diam. Apa yang diomongin itu benar. Aku benar-benar merasa melayang deh!
Esok harinya….
Guru wali kelas masuk untuk memberitahu jadwal pelajaran baru. 1 kelas semua kaget! Tidak ada lagi EC, tidak ada lagi Mr. Teguh.
“Mulai minggu depan, kalian tidak usah membayar lagi, jadwal kembali ke kelas regular…….”
Kami semua kecewa, Mr. Teguh pergi. Masih banyak ilmu-ilmu yang belum diberikan. Setahuku, dia mengajar di salah satu SMA negri di Depok. Padahal aku tidak terlalu tertarik sama sekolah itu. Sepertinya, mulai hari ini aku akan mendalami sendiri ilmu-ilmu beliau. Good Bye Mr. Teguh :’(

Sabtu, 30 Juli 2011

Ramadhan di Sekolah Agama

Bulan Ramadhan di sekolah Katolik memang terasa memberatkan bagi Riva. Tidak ada hari libur awal puasa di sekolahnya. Riva ingin sekali masuk sekolah Islam, tetapi Riva terpaksa masuk sekolah Katolik oleh orang tuanya. Hari kedua Ramadhan saja Riva diajak teman sekelasnya untuk merayakan ulang tahun temannya di restoran. Karena makanannya sangat enak Riva rela membatalkan puasa agar ia dapat memakan tersebut.

Cerita ini sama dengan 2 kawan muslim sesama sekolah yaitu Santi dan Fira dan guru Agama Islam. Mereka belajar Islam di sebuah pondok di belakang sekolah. Mereka juga tidak dapat menahan godaan-godaan disekitarnya. Di tiap kelas selalu tercium bau harum makanan.

Saat pelajaran Agama, Santi bercerita sewaktu jam istirahat tadi. Saat itu Santi sedang berada dikelas. Tiba-tiba teman-temannya sedang memakan coklat di depannya. Lalu Santi menasihati mereka.

“Loh kok pada makan sih? Kan ada yang lagi berpuasa…”

“….Harusnya orang yang gak puasa menghormati orang yang puasa!” Santi kembali melanjutkan.

“Kenapa malah kita yang hormat? Harusnya kan kamu yang menghormati kami?”

Dengan polosnya Santi mengikuti omongan anak-anak non-Muslim itu.

Akhirnya orang-orang di pondok mempercayai cerita Santi tersebut.

Sudah 6 hari Bulan Ramadhan. Riva hanya 1 hari berpuasa, sisanya Riva terpaksa membatalkan karena tidak dapat menahan godaan.

Saat pulang sekolah, Riva memakan snack sambil melihat tukang es krim di depan sekolahnya. Kemudian Riva menghampiri tukang es krim tersebut. “Bang es krimnya satu.” Kata Riva. “Iya, dek.” Tukang es krim menjawabnya dengan ramah. Saat melihat tukang es krim itu Riva bertanya pada tukang es krim itu.

“Bang, abang orang Islam kan?”

“Iya dek. Kan lagi puasa.”

Riva kaget.

“Puasa? Yakin bang bisa nahan godaan disini? Ini sekolah Katolik, bekalnya enak-enak. Aku cuma tahan puasa sehari. Kok abang bisa nahan godaan ya?”

“Puasa kan perintah Allah. Es krim ini sumber hidup. Kalo sehari gak puasa udah kena dosa. Kalo sehari gak jualan mau sahur pake apa. Yaudah abang puasa sambil jual es krim.”

Riva tersanjung mendengarnya. Kemudian Riva menyembunyikan snack tadi di belakangnya.

“Maaf ya udah makan-makan di depan. Mulai besok aku mencoba berpuasa lagi walaupun banyak godaannya.” Riva merasa bersalah.

“Baguslah kalo mau coba puasa lagi. Kalo godaannya makin banyak makin banyak pahala kita. Nih es krimnya” Tukang es krim menyemangati.

Esok harinya Alhamdulillah Riva berhasil berpuasa, kemudian berlanjut hingga hari terakhir, bahkan saat pulang kampung pun ia juga tetap berpuasa. Teman-teman Muslim dan guru agama Islam akhirnya ikut berpuasa. Orang-orang non Muslim sangat sanjung kepada orang yang sedang berpuasa. Mereka menghormati orang yang sedang berpuasa. Memang, puasa di Bulan Ramadhan hukumnya wajib apapun keadaan lingkungan kita.



Garis Batas


Adakah yang tahu tentang garis batas? Garis Batas adalah sebuah negara di dalam atlas/peta dimana dibatasi oleh sebuah garis. Yeah... that's Garis Batas!

Garis Batas juga merupakan sebuah novel fiktf karya Agustinus Wibowo. Buku ini menceritakan sebuah perjalan si penulis sekaligus backpacker dengan penuh nekad melintasi negara-negara di Asia Tengah : Tajikistan, Kirgiztan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan

Novel ini terdiri dari 500 halaman (awalnya sih rada males baca buku ini karena ketebelan). Ceritanya seru banget! Banyak sekali hal-hal tak terduga terjadi. Dari kegalauan hati di Tajikistan, "pulang kampung" ke Kirgiztan, negara abnormal Uzbekistan, penyelundupan ini itu, dll. Terutama saat menyeberangi "pulau-pulau" di daratan Asia Tengah. wkwkwk baca sendiri aja deh!

Aku merupakan penyuka buku ini. Ceritanya seru banget! Jadi hapal ibukota-ibukotanya, mata uang juga ada yang ingat, sampe ngayal-ngayal di rumah. Pokoknya kalo sampe dijadiin film... huaah!!! Harus nonton deh pokoknya (bagaikan cebol merindukan bulan)

Mungkin kalo yang lagi bete di rumah, novel ini bisa jadi solusinya walaupun buku ini tebal banget. Kan lumanyan >500 halaman bisa menghibur sepanjang hari wkwkwk

Karena ga mau banyak-banyakin lagi isi postingannya, jadi kita akhiri saja disini. Sekiannn dan terima kasih bagi yang udah baca! ^_^

Minggu, 26 Juni 2011

Inilah aku...

Akhir-akhir ini aku lagi sedih nih. Disaat ulang tahun Jakarta yang ke 484 kemaren orang-orang pada sorak-sorak gembira, aku malah sedih karena peristiwa malu-maluin di sekolah. kalau ngikutin perkembangan tweets dan mention punya @anaattiyaar (<--- promosi) pasti udah ada yang tau deh. pengen diceritain disini sih. tapi kalo diceritain takut pada tau trus aku keinget-keinget lagi sama trauma itu. biar pada tau ceritanya, aku buatin sebuah lagu (entah muncul dari mana) biar aku bisa mencurahin isi hatiku....



INILAH AKU…

Inilah aku…

Disaat ku hancur

Inilah aku…

Disaat bersedih

Sakit ini merasuk di hatiku

Tersimpan sejuta trauma dihati terdalam

Inilah aku…

Disaat ku jatuh

Inilah aku…

Disaat ku bimbang

Ku harus menjalani kehidupan ini

Walaupun dunia membenciku

Reff:

Jalan ini masih panjang

Ku harus menyusuri hidup ini

Walaupun sakit trus menghantui

Ku yakin ku kan mampu

Maafkanlah diriku

Dari hati lubuk terdalam

Ku kan berbuat yang terbaik

Suatu saat nanti

Ending :

Bila waktu bisa ku ulang

Ku akan selalu memutar waktu

Agar ku tahu apa salahku

Agar dunia tak membenciku

Inilah aku…


Oiya, lagu ini ditunjukkan untuk semua orang, terutama buat si "tercinteh" dan kawan-kawannya. Karena aku dan temen-temenku udah buat ulah yang malu-maluin buat kami sendiri dan ngecewain si "tercinteh" dkk. I'm sorry... :'(

Rabu, 27 April 2011

Bersyukurlah!!!

Namaku Atia. Sewaktu aku masih berumur 3/4 tahun keluargaku hijrah dari kampungku ke Jakarta. Bukannya mau nyari penghasilan lebih banyak, tetapi ayahku ditugaskan untuk berkerja di salah satu kantor pusat di daerah Jakarta Selatan.

Akhirnya kami putuskan untuk tinggal di daerah Depok. Rumahnya sederhana, rumahnya berlantai 2 cuma di lantai 2 hanya ada kamar pembantu, gudang dan ruang jemur. Hanya ada 4 kamar tidur dan 2 kamar mandi (kalau di rumah elit kamar mandi bisa sampai ada 6 loh). Yang membuat sesak adalah barang-barang ada dimana-mana dan berantakan. Sementara penghuninya banyak sekali. Itulah yang membuat rumah ini semakin kecil dan sumpek.

Sakin sumpeknya kamar dan rumah, akhirnya aku protes. Aku ingin segera pindah rumah yang lebih besar dan lebih banyak kamarnya mandinya. Teman-temanku rumahnya mewah-mewah, kamarnya banyak (maklum waktu itu masih SD dan sekolahnya di swasta). Namun orang tuaku selalu berkata :

“Nanti kalau kamarnya diatas, trus takut malam-malam berani ke bawah?”

Tapi tetap saja ingin pindah rumah. Sakin bawelnya diriku, orangtuaku berkata :

“Bersyukurlah tinggal disini, kita masih punya rumah, masih bisa tidur nyenyak, masih bisa makan enak, apa yang diinginkan bisa dibeliin. Lihatlah di TV. Banyak anak bayi kelaparan. Rumahnya cuma dari bambu, pergi ke warung masih ngutang.”

Ada sedikit renungan. Tapi tetap tidak mengerti dan tetap mengikuti obsesi itu. Ckckck.

xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx

Alhamdulillah sekarang aku diterima di SMP Negeri yang kata orang-orang lumayan favorit (udah pada tau kan….). Di SMP pelajaran makin susah, teman-teman makin rusuh, tetapi dibalik kerusuhan itu terdapat keseruan yang muncul wkwkwkwk. Dan 1 lagi, sekolah ini pun sebagian kelasnya tidak ada kipas, tidak seperti di SD. tetapi sekolah ini mengandalkan AC (AC alami maksudnya). Dan kelasku dekat toilet dan gudang sampah. Tidak bisa dibayangkan betapa makin sumpeknya nasib ini. -_-“

Akhirnya aku berkenalan dengan teman dekat sekaligus teman curhat. Awalnya sih aku melihatnya biasa-biasa saja. Namun pada akhirnya dia juga mempunyai kekurangan yang lebih banyak dibandingkan aku.

“at… nanti pas SMA kayaknya nggak di negri lagi deh. Terlalu kemahalan. Nanti aku sekolah di Parung soalnya ada beasiswa buat yang nggak mampu.”

Mendengarnya langsung sedikit miris. Kenapa orang pintar seperti dia harus sekolah sana? Emang tidak ada SMA Negri di Depok yang murah dan ada beasiswanya??? Bahkan kadang-kadang orang tuanya menyuruh sekolah di SMK yang murah agar bisa langsung kerja dan bantu orang tuanya.

Tidak hanya pengalaman itu saja. Tiap kerja kelompok di rumah teman sebagian rumahnya di gang kecil dan sangat sederhana rumahnya. Dalam hatiku berkata : mengapa teman-teman sekarang rumahnya seperti ini? Perasaan dulu waktu SD rumahnya besar-besar deh.

Akhirnya aku malu pada diri sendiri. Mengapa dulu aku selalu rewel saat berbicara tentang rumahku yang begitu sumpek ini? Akhirnya akuu bersyukur. Kehidupanku lebih baik dibandingkan teman-teman yang lain. Mereka tidak hanya rumahnya sederhana, tetapi hati mereka juga sederhana. Akhirnya aku memutuskan untuk sekolah regular saat SMA nanti.

Saat kelas 8, aku mengkuti “kelas efektif”. Kelas Efektif maksudnya semacam kelas sebelum di RSBI. Bukannya mau ngadem-ngadem dikelas. Tetapi disuruh sama orang tua! Emang awalnya sih ada niat banyak buat ikutan ini. Tapi setelah mikir-mikir panjang, melihat sekolah SBI di Depok. Menurutku masih bagusan sekolah SSN di Depok dibandingkan SBI. Maka dari itu aku tak punya niat ikut kelas ini. Namun akhirnya diterima juga -_-‘

Hari-hari menjalani kelas 8 di Kelas Efektif….. lumanyan suram. Suasana pun tidak beda jauh seperti regular. Aku menjadi kesal, rencananya. Kelas Efektif menggunaan multimedia, bilingual. Namun lebih disalah gunakan. Aku menjadi tambah kesal dengan adanya RSBI. huffftttttt……..

Semakin lama, semakin terbiasa di kelas 8. Kelasnya yang rusuh tapi anak-anaknya lebih mending dibanding kelas lain. Itulah komentar sebagian murid kelasku. Dan aku tidak mau pindah ke kelas lain. Anak-anaknya lebih baik dibanding kelas 7. Jika di kelas 7 ada beberapa anak yang buat orang sakit hati. Di kelas 8 juga ada sebernanya. Tapi itu hanya masalah sepele saja.

Meskipun demikian. Aku tetap rindu dengan kelas regular. AC alami…., kursi kayu…., panas-panasan……, tidak ada bayaran…… entah kenapa lebih suka berbau yang sederhana. Aku juga merindukan teman-temanku di kelas regular. huffttt……..

Pesan untuk pemimpin Kota Depok :

1. 1.) Tolong sekolah negeri di Depok yang akan jadi RSBI…dihapus! Termasuk sekolah saya. Karena warga Depok sudah protes dengan adanya RSBI, terutama SMA. Karena kalangan bawah tidak bisa bersekolah mahal-mahal.

2. 3.) Tolong ditambahkan lagi SMK-nya, terutama untuk jurusan bidang IT (karena Depok ingin menjadi “cyber city”)

3. 3.) Terima kasih karena pada tahun depan karena SMA negeri di Depok akan digratiskan. Karena itu sudah kewajiban pemerintah untuk mensubsidi pendidikan.

Sabtu, 08 Januari 2011

Perjalanan Amie (3)

6 jam kemudian….

Akhirnya kini aku dan Tante Rina telah sampai di Paris, sebuah kota yang sangat indah. Sewaktu melewati Menara Eiffel aku memutuskan untuk turun mobil kemudian aku “take a photo” menara yang tingginya 2,5 kali lipat dari monas. Inilah impianku selama ini. Setelah itu kami melanjutkan pencarian Ibu. Tak lama kemudian kami tiba di sebuah apartemen tingkat 5. Kemudian kami masuk dan bertanya kepada petugas apartemen bernomor 456. Ia mengatakan bahwa penghuninya tidak tinggal di Prancis lagi. Aku sangat kecewa. Lagi-lagi kami tidak menemukannya. Kemudian keesokan harinya kami pulang ke Jakarta.

Beberapa hari kemudian….

Aku terus berdoa ke Tuhan agar aku dapat menemukan Ibu secepatnya. Kali ini aku tidak berdoa di rumahku. Melainkan di rumah Tante Rina. Aku belum siap pulang ke rumah. Aku takut dimarahi oleh Ayah lagi.

“Amie……Amie nggak mau pulang???” Tanya Tante Rina.

“Bukannya nggak mau pulang, belum siap pulang…..takut dimarahin ayah lagi.”

“Sekarang kamu pulang aja ya, ntar dicariin Ayah kmana-mana lagi. Biar tante aja yang nemenin kamu pulang.”

“NGGAK MAU! POKOKNYA NGGAK MAU!!!!!!!!!!!!!!!”

Tiba-tiba……

“Assalammualaikum!!!!”

“Walaikummussalam……” Tante Rina berjalan menuju pintu.

NGEEEEEEKKKKKK!!!!!!!!!!! (suara pintu :p)

Tiba-tiba aku mendengar suara orang yang ku kenal di luar rumah, kemudian aku berlari menuju pintu dan…….. Ya Allah! IBU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Kemudian aku berpelukan dengan Ibu. Akhirnya orang yang aku cari selama ini telah datang. Alhamdulillah…..

Kemudian aku dan Ibu bersama-sama pulang ke rumah. Ayah kaget melihat aku berhasil membawa pulang sang Ibu. kemudian Ayah mengajak Ibu berbicara di kamar dan aku belum boleh masuk rumah. Sekitar 5 menit kemudian Ibu keluar rumah dan berkata padaku.

“Amie……kita akan bersatu kembali.”

Aku senang banget keluargaku bisa bersatu kembali. Kami akan memulai hidup dari awal kembali.

“TAMAT”