Imagination is important than knowledge -Albert Einstein
Tampilkan postingan dengan label inspiratif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label inspiratif. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Mei 2014

Catatan Harian Hani

Senin, 26 November 2012
Jam 12.30
Aku, Dini, dan Tian sedang sibuk mempersiapkan presentasi B. Inggris nanti. Karena tinggal kelompokku yang belum presentasi. Sebenarnya sih tinggal menambah hiasan-hiasan lucu. Tetapi entah mengapa Dini terlalu perfeksionis untuk masalah ini. Aku pun tidak bisa makan siang sampai presentasi ini selesai. Padahal tanpa efek dan hiasan saja sudah bagus menurutku. Tetapi Dini ngotot agar ditambahkan hiasan-hiasan. Aku dan Tian hanya bisa menurutinya.

Jam 12.52
Akhirnya presentasi kelompokku selesai. Setelah itu aku buru-buru makan siang. Aku beli nasi di kantin kemudian makan di kelas.
Neng Nong Neng Nong
Tiba-tiba bel masuk berbunyi. Ms. Kame datang. Untungnya sebelum Ms. Kame tiba, aku sudah selesai makan. Tak lupa kami memberikan salam kepada Ms. Kame. Setelah itu kami presentasi B. Inggris. Selama presentasi, aku kebingungan karena aku tidak mengerti pembahasannya sama sekali. Aku hanya disuruh oleh Dini membaca slidenya saja. Jika aku mengerti, mungkin aku akan menjelaskannya lebih jauh.

“Woww. Kalian liat kelompok ini. Saya sangat kagum kepada mereka. Speaking mereka bagus. Grammarnya juga baik.” Puji Ms. Kame
Aku senang bukan main. Baru kali ini Ms. Kame memujiku. Biasanya Ms. Kame selalu mendiskriminasi kami. Hanya Dini dan Tian yang selalu dipuji oleh Ms. Kame. Yang lain hanya menjadi sasaran pelampiasan kemarahan Ms. Kame, terutama aku. Aku selalu dimarahi karena nilai B. Inggris ku selalu di bawah KKM. Aku memang tidak pintar di pelajaran bahasa.
“Kecuali kamu, Hani. Kamu harus banyak belajar dari teman kelompokmu.” Kata Ms. Kame.

Hatiku hancur. Dini memang pintar di segala pelajaran. Tian? Apa yang bisa dibanggakan darinya? Hanya muka cabi dan mata sipit yang membuat Ms. Kame menyukai Tian. Tian juga tidak pintar di pelajaran Bahasa Inggris. Tetapi Tian selalu mendapat nilai bagus dari Ms. Kame karena ketika ulangan B. Inggris hanya Dini dan Tian yang selalu dibantu oleh gurunya. Aku bingung mengapa aku bisa bertemu dengan guru yang selalu mendiskrimasi kami.

Setelah presentasi kelompok kami kembali ke tempat duduk masing-masing. Kemudian Ms. Kame membagikan nilai ulangan. Ketika namaku dipanggil, aku maju ke meja guru dengan perasaan yang tidak enak.
“Kamu tahu kan ini sekolah favorit? Murid disini murid yang pintar. Murid pilihan.” Kata Ms. Kame dengan mata tajam.
Aku mengangguk.
“Tetapi saya tidak menemukan murid pilihan itu pada dirimu!!! Kau pikir kau murid macam apaan? Kamu tidak usah banyak gaya di sekolah ini. Kamu belajar lagi di rumah. Banyak belajar sama Dini dan Tian.”

Aku kembali ke tempat duduk dengan perasaan kacau. Aku mulai muak dengan semua ini. Mengapa hanya aku yang terhina? Mengapa yang lain nilainya bisa bagus? Mengapa Dini dan Tian selalu dipuji?
“Lu kenapa, Han?” Tanya Arlita.
“Hah!!! Emang Ms. Kame guru macam apa? Ngomongnya aja medok. Ms. Kame bukannya membuat muridnya pintar malah membuat muridnya terhina kayak gini. Mentang-mentang pernah tinggal di Australia. Pokoknya suatu saat nanti aku harus bisa buktiin kalo bisa seperti Dini.” Aku marah.
“Itu siapa yang ngomong?” Ms. Kame marah.
Aku dan Arlita diam. Pura-pura menoleh.
“Oh, Hani ya? Kamu udah mulai macem-macem di sekolah ini ya.”  
Aku cuma bisa diam mendengarkan ceramah dari Ms. Kame. Setiap pelajaran Bahasa Inggris, Ms. Kame selalu saja memarahiku. Aku sudah terbiasa dengan kondisi ini, tetapi semakin lama aku semakin muak.

Sabtu, 21 Desember 2012. Jam 20.17
“Tadi pagi Mama udah ke sekolah ambil rapot kamu. Kata gurunya nilai kamu sudah bagus, tetapi B.Inggris turun. Kalau seperti ini bisa-bisa kamu tidak naik kelas.” Kata Mama.
Aku tidak peduli.
“Gini, Papa punya kenalan. Dia suka keliling dunia karena dia pintar Bahasa Inggris. Sekarang udah setahun di Indonesia bangun kursus Bahasa Inggris di rumahnya. Rumahnya ga jauh dari sini kok. Kata Papa semua murid-muridnya jadi pintar sejak les di sana.” Kata Mama.

“Aku engga mau les, Ma. Sekolah saja tidak menjamin murid-murinnya menjadi pintar apalagi ini, Ma”. Kata aku.“Dengerin kata Mama dulu. Papa sama Mama tidak bisa mengajarimu Bahasa Inggris. Kalo kamu les dan tekun kamu bisa lebih pintar dari pada teman-temanmu. Semua itu butuh proses, Hani.”

Tiba-tiba aku teringat Arlita dan Dini. Mereka pintar karena ikut kursus Bahasa Inggris. “Aku pikir-pikir dulu deh”. Kemudian aku ke kamar tidur. Tiduran sambil memikirkan apa yang terjadi selama ini. Akhirnya aku sadar. Semua butuh proses.

Selasa, 15 Januari 2013.
Hari ini adalah hari pertama ikut les seumur hidup. Tempatnya memang tidak jauh dari rumah sehingga bisa jalan kaki. Tempatnya tidak seperti aku bayangkan sebelumnya. Rumahnya sederhana. Jalan di depan rumahnya hanya sekedar gang kecil. Hanya ada 1 guru dan 1 karyawan, yaitu Mr. Abi dan istrinya. Siang hari rumah itu menjadi tempat kursus tetapi malam hari menjadi rumah biasa. Satu kelas berisi 1 guru dan 30 orang. Baru kali ini aku menemukan teman-teman yang sangat homogen. Ada yang baik, genit, pintar, bodoh, pokoknya lengkap. Mr Abi agak sombong. Dia bercerita pernah kerja di Amerika, Perancis, Inggris berkat Bahasa Inggris. Punya kenalan banyak dari beberapa Negara. Tetapi kini hidupnya tidak seperti yang tinggal di luar negeri. Ia tinggal di rumah kontrakan.

Hari pertama kami belajar perkenalan dengan cara tidak biasa. Banyak kata-kata baru yang tidak pernah aku dengar. Kemudian belajar beberapa tenses dasar. Disini tidak hanya belajar saja, tetapi juga bernyanyi lagu-lagu  hits barat. Kami juga diajari cara bermain gitar sehingga aku ingin bermain gitar lagi. Sungguh menyenangkan.

Pulang dari tempat les aku belajar Bahasa Inggris lagi. Pelajaran tadi mudah karena aku pernah mempelajarinya di SD. Tambahannya Cuma kata keterangan saja. Aku semakin bertekad bisa mengalahkan Dini ketika ulangan nanti dan membuat Ms. Kame bangga kepadaku.

Selasa, 22 Januari 2013. Sore hari.
Hari ini adalah hari pengambilan nilai di Kursus Mr. Abi. Bedanya disini tidak ada tes tertulis. Semuanya lisan. Hanya memberi satu contoh kalimat per tenses. Subjek, objek, sampai kata keterangan harus ada. Jika ada salah satu kata saja, satu kalimat itu salah semua. 

“Hani masih salah banyak nih objeknya belum ada. Mister bingung mau kasih nilai berapa, yang lain bagus-bagus semua.” Kata Mr. Abi. “Hmm bisa ngulang lagi engga, Mister?” Kata aku. “Gini deh, coba Hani pelajarin lagi di rumah nanti pas ambil nilai lagi Hani ngulang tenses ini sama berikutnya ya”

Selasa, 19 Februari 2013.
Berminggu-minggu aku belajar di Kursus Mr. Abi. Aku mendapat banyak ilmu grammar dan vocabulary. Mr. Abi semakin menekan kepadaku karena aku sendiri yang nilainya selalu jelek, tetapi ada peningkatan. Bahkan pernah suatu hari aku tidak izinkan pulang oleh Mr. Abi karena 3 kali berturut-turut pengambilan nilai aku pas-pasan. Aku baru dibolehkan pulang setelah remedial 3 nilai itu. Itu membuatku stres.

Sesampainya di rumah Aku langsung ke kamar kemudian tiduran sambil memikirkan tadi itu. Sepertinya aku memang ditakdirkan seperti ini. Nilai rapot Bahasa Inggris pas-pasan. Selalu menjadi korban diskriminasi Ms. Kame. Selalu iri melihat yang lain mendapat nilai bagus, terutama Dini. Kini awan sedang mengeluarkan air hujannya. Begitu juga diriku, rasanya diriku ingin menangis.

Satu jam kemudian.
Aku membuka buku panduan Bahasa Inggris. Aku pahami dalam-dalam, tetapi aku tidak  mengerti sama sekali. Tetapi aku tidak ingin menyerah. Masih banyak waktu untuk membuktikan kepada Ms. Kame agar aku tidak dimarahi lagi.
Tiba-tiba Mama masuk.
“Hani, seminggu ini Cuma belajar Bahasa Inggris aja nih. Pelajaran lain jangan dilupain kan yang nentuin kamu naik kelas apa engga bukan cuman Bahasa Inggris kan?” Kata Mama. “Ya, Mama. Aku engga pengen dapet nilai Bahasa Inggris jelek lagi. Ma, masa seumur hidup belajar Bahasa Inggris aku baru mengerti tensesnya” Kata Aku. “Baguslah kalau seperti itu, tapi pelajaran lain jangan dilupain ya”
Aku mengangguk.

Kamis, 21 Februari 2013.
Hari ini aku mendapat pelajaran Ms. Kame lagi. Tetapi kali ini Ms. Kame tidak seperti biasa. Beliau lebih pendiam daripada hari sebelumnya. Bahkan tadi aku disuruh maju kedepan bukan karena ingin marah.
“Akhirnya Miss bisa liat progress dari kamu, Hani. Ini ulanganmu”
Akhirnya selama SMP ini baru kali ini aku mendapat nilai ulangan Bahasa Inggris 90. Aku sangat bersyukur. Aku senang sekali. Akhirnya keajaiban itu datang kepadaku.
“Kamu engga nyontek kan?” Tanya Ms. Kame. “Ya aku nyontek, Miss. Nyontek ke otak saya.” Jawab aku. “Hmm…. Sebernanya Miss belum percaya sama nilai ini sih. Biarkan ulangan yang lain yang membuktikannya” Kata Ms. Kame. “Oke, Miss.”
Aku menggerutu di dalam hati. Seenggaknya nilaiku bagus.
“Cie yang engga remed. Hahaha” Kata Arlita. “Iya donggg!” Kata aku.

Selasa, 26 Februari 2013.
Hari ini bukan hari yang menyenangkan. Tadi sore aku menghadiri perpisahan dengan Mr. Abi. Beliau mendapat pekerjaan di New York. Ia akan meninggalkan Indonesia esok hari. Kami semua sedih harus berpisah dengan Mr. Abi. Yang rela bekerja keras tanpa pamrih mengajari kami Bahasa Inggris dengan keras. Terutama aku. Aku tak tahu harus berguru dengan siapa lagi. Aku lebih cocok diajar dengan Mr. Abi dibanding pengajar yang lain.  

“Mr. Abi. Tolong beri tips kepada saya agar saya bisa belajar grammar sendiri di rumah.” Kata Aku.
“Sebenarnya kalau dipelajari sendiri bisa. Tinggal beli bukunya terus baca kemudian tulis dikertas contoh-contohnya. Coba lihat deh, rata-rata tenses polanya sama cuma beda dikit. Hani jangan hafalin polanya tapi dipahami polanya. Kalau udah paham pas ketemu soal kalimatnya diubah kayak bentuk bagaimanapun Hani tetep ngerti juga kok.”
“Oh, gitu Mister. Bener juga ya. Besok-besok saya coba deh. Thank you banget Mister.”
“Never Mind, Hani.”

Malam hari.
Aku membuka lagi buku panduan Bahasa Inggris. Kemudian aku menuliskan semua tenses-tenses itu. Dan ternyata benar. Polanya tidak terlalu jauh. Kalau positif pola kalimatnya pasti subjek, predikat dan objek. Kalau negatif cuma ditambah not di belakang to be atau to do. Kalau kalimat tanya to be atau to do dipindahkan ke paling depan. Itu hal paling dasar dalam tenses. Ya ampun aku baru paham. Ah, andaikan dari dulu dikasih tau sama Mr. Abi aku engga bakal pernah dimarahi Ms. Kame.

Sekitar akhir Juni 2013.
Ketika classmate sedang berlangsung, tiba-tiba Tian memanggilku.

“Haniiiiii…… Hani dipanggil Ms. Kame” Kata Tian. “Mati! Remed ya?” Tanya aku. “Engga tau deh. Masa sih besok bagi rapot baru remedial sekarang.” “Oh iya ya. Ah, elah males banget dipangil sama Ms. Kame.”

Akhirnya aku ke ruang guru menghadap Ms. Kame.
“Hani, Miss Kame minta maaf selama ini kalau Miss ada salah sama kamu. Apalagi kamu sering dibandingkan sama Tian dan Dini. Ternyata kamu memang ada usaha untuk berubah. Miss liat semester ini nilai kamu ada peningkatan. Kamu liat saja besok. Hhmmm…. Miss bingung mau bilang apa lagi. Semoga semester berikutnya kamu semakin pintar. Itu saja yang mau diomongin.”

Aku terdiam. Ketika keluar ruang guru aku merasakan aura yang sangat baik. Akhirnya target aku di semester ini berhasil. Kemudian aku memandangi langit. Langit itu cerah, sama seperti hatiku.


Setiap usaha pasti ada hambatan, dibalik ada kesusahan pasti ada kemudahan.