Imagination is important than knowledge -Albert Einstein
Tampilkan postingan dengan label sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sastra. Tampilkan semua postingan

Selasa, 22 Maret 2016

Bab 3 Ilmu Budaya Dasar - Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan

A. PENDEKATAN KESUSASTRAAN

Hampir di setiap zaman, seni termasuk sastra memegang peranan penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama.

Hampir disetiap zaman, sastra mempunyai peranan lebih penting. Alasan pertama karena sastra pergunakan bahasa. Sementara, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia, dalam hal berkomunikasi, berfilsafat, melahirkan pernyataan alam semesta, dll.

B. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA
Prosa lama meliputi :

  • Dongeng
  • Hikayat
  • Epos
  • Sejarah
  • Cerita pelipur lama
Prosa baru meliputi :
  • Cerita pendek
  • Roman/novel
  • Biografi 
  • Kisah
  • Autobiografi
C. NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI
Prosa mempunyai nilai-nilai (moral) untuk pembaca melalui sastra, antara lain
  1. Prosa fiksi memberikan kesenangan. Pembaca mendapatkan pengalaman seperti pengalamannya sendiri melalui imajinasinya.
  2. Prosa fiksi memberikan informasi. Pembaca mendapatkan sesuatu yang lebih daripada sejarah yang terkadang tidak ada di ensiklopedia.
  3. Prosa fiksi memberikan wawasan kultural. Prosa fiksi dapat menstimuli imajinasi dan merupakan sarana bagi pemindahal yang tiada henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
  4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan. Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu serta meneriman respon-respon emosional yang sangat berbeda dari kehidupannya sendiri.
Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua; Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya dan karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya. Ada yang menyuarakan keduanya. Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamanya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan seusatu, melainkan untuk berenung. Sedangkan karya sastra yang menyuarakan aspirasinya mengajak pembaca untuk melakukan apa yang dikehendaki di zamannya. Kedua macam itu selalu menyampaikan masalah dengan jalan menyajikan interaksi tokoh-tokohnya. Setiap tokoh mempunyai kepribadian yang berbeda sehingga berpotensi menimbulkan konflik. Konflik dapat terjadi di dalam tokoh tersebut atau antara beberapa tokoh lainnya.

D. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI

Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, sedangkan kesenian bagian unsur dari kebudayaan. Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhannya melalui bahasa yang artistik. Yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.

Kreativitas dan keestetikannya penyair dalam membangun puisinya menggunakan :
1. Figura bahasa, seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, dll.
2. Kata-kata yang ambiguitas
3. Kata-kata yang berjiwa, yaitu kata-kata yang sudah diberi perasaan tertentu.
4. Kata-kata yang konotatif
5. Pengulangan, berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan

Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :

  1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia. Manusia ingin memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih nebghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbatas. Pendekatan terhadap pengalaman itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut "imaginative entry", yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
  2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual. Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukan kepada pembaca bagian hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
  3. Puisi dan keinsyafan sosial. Puisi juga memberikan pengetahuan tentang manusia sebagai makhluk sosial. Secara imajinatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang berupa :
    • Penderitaan atas ketidakadilan
    • Perjuangan untuk kekuasaan
    • Konflik dengan sesamanya
    • Pemberontakan terhadap hukum Tuhan

STUDI KASUS

Naskah Kuno Perlu di Transkrip Dan Transliterasi


JAKARTA - Naskah-naskah kuno yang tersimpan di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) harus segera diselamatkan melalui proses terjemahan (transkrip) dan transliterasi oleh para peneliti, yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku.

"Agar anak-anak jaman sekarang mau membaca naskah kuno itu diperlukan terjemahan oleh peneliti dan pengkaji naskah," kata Wakil Ketua Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (LBSS), Rachmat Taufiq Hidayat, di Jakarta, Rabu (27/5).

Pasalnya, kata Rachmat, dalam acara bedah buku 'Hikayat Nakhoda Asik dan Hikayat Merpati Mas' di Aula Perpustakaan Nasional, naskah-naskah yang tersimpan di Perpusnas itu bertuliskan huruf Melayu, Arab kuno, Jawa kuno yang tidak dimengerti kaum muda saat ini.

Menurut dia, terjemahan naskah kuno melalui penerbitan buku sangat bermanfaat agar naskah aslinya yang terbuat dari daun lontar, kulit kayu atau kertas yang sudah berumur ratusan tahun itu tidak rusak.

"Jadi, mereka bisa mempelajarinya melalui buku yang telah diterbitkan," ujarnya seraya mengatakan Perpusnas bisa melakukan kerjasama dengan peneliti dan penerbit.

Ia menyebutkan, dalam kerangka warisan nenek moyang itu bukan hanya bentuk fisiknya saja yang harus dirawat dan dipelihara, melainkan kandungan isi naskahnya pun perlu dilestarikan kepada masyarakat.

Selama ini Perpusnas telah berupaya melakukan iventarisir dan katalogisasi naskah-naskah tersebut, namun upaya tersebut dinilainya belum cukup sehingga perlu dilakukan penyelamatan naskah-naskah itu.

Rachmat mengatakan, untuk menggairahkan program penyelamatan naskah-naskah kuno itu Perpusnas sudah selayaknya memberikan penghargaan kepada para peneliti dan pengkaji naskah yang telah merampungkan penelitiannya.

Salah satu bentuknya, bisa berupa pemberian honor yang pantas sesuai dengan jerih payah dan prestasi peneliti atau penelaah naskah, katanya.

Menurut Sekretaris Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jabar ini, bila isi materi yang terkandung dalam naskah merupakan karya sastra, maka untuk mempopulerkannya di tengah masyarakat harus direncanakan penerbitan karya adaptasinya.

Karya adaptasi adalah pengalihan bentuk dan pengolahan kembali sebuah karya sastra agar lebih sesuai dengan kalangan pembaca tertentu dalam memperhatikan unsur lingkungan pada budaya tersebut.

"Kadang-kadang karya adaptasi lebih hidup dibandingkan karya aslinya," tuturnya.
Ia mencontohkan, Prof Dr Ajatrohaedi pernah mengadaptasi naskah berbahasa 'Sunda Wawacan Ogoin Amarsakti' dalam bentuk cerita anak-anak dengan judul 'Ogin si Anak Sakti'.

"Alangkah baiknya bila naskah-naskah kuno yang ada diadaptasi dalam bentuk roman atau cerita anak-anak, sehingga menjadi menarik," demikian Rachmat Taufiq Hidayat./ant/itz

SUMBER : http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/seni-budaya/09/05/27/52730-naskah-kuno-perlu-di-transkrip-dan-transliterasi

OPINI

Saya setuju dengan pendapat di berita tersebut karena naskah kuno tersebut adalah karya sastra yang dihasilkan oleh kebudayaan pada masa lalu sehingga dari karya sastra itu kita dapat mengenal bagaimana kebudayaan Indonesia pada masa lalu.