Imagination is important than knowledge -Albert Einstein
Tampilkan postingan dengan label softskill. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label softskill. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Juli 2016

Bab 11 Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Harapan

Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu itu terjadi. Harapan muncul dari dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
Penggolongan harapan menurut Abraham Maslow adalah :
1. Keberlangsungan hidup (survival)
2. Keamanan (safety)
3. Hak dan kewajiban mencintai dan dicintai (be loving and love)
4. Diakui lingkungan (status)
5. Perwujudan cita-cita (self actualization)

Kepercayaan berasal dari kata percaya yang artinya mengakui dan meyakini kebenaran. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Dalam agama terdapat kebenaran-kebenaran yang diwahyukan artinya diberitahukan oleh Tuhan - langsung atau tidak langsung kepada manusia. Dalam hal beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang beragama itu. Dasarnya adalah keyakinan masing-masing.

Tiga teori kebenaran menurut Dr. Yuyun Suriasumantri dalam buku "filsafat ilmu, sebuah pengantar populer" adalah :
1. Teori koherensi atau konsistensi : suatu penyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koherensi atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya
2. Teori korespodensi : suatu penyataan benar bila materi pengetahuan yang dikandung pernyataan tersebut berhubungan objek yang dituju dengan pernyataan tersebut.
3. Teori pragmatis : kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.

Dasar kepercayaan adalah kebenaran. Dasar kebenaran adalah manusia. Kepercayaan dibagi menjadi :
1. Kepercayaan pada diri sendiri
2. Kepercayaan pada orang lain (percaya pada saudara, guru, dll.)
3. Kepercayaan pada pemerintah (menurut Prof. Ir. Poedjawiyatna, negara itu berasal dari Tuhan. Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, karena semua adalah ciptaan Tuhan )
4. Kepercayaan pada Tuhan

Bab 10 Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata gelisah yang artinya tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar. Menurut Sigmund Freud, ahli psikoanalisa, terdapat tiga macam kecemasan manusia :
1. Kecemasan obyektif : Suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu budaya dalam dunia luar.
2. Kecemasan neorotis (syaraf) : Kecemasan yang timbul dari naluri manusia. Kecemasan ini dibagi lagi menjadi kecemasan karena penyesuaian diri dengan lingkungan, bentuk ketakutan yang tegang dan irasional (phobia), dan kecemasan lain seperti gugup.
3. Kecemasan moril : disebabkan karena pibadi seseorang. Tiap orang mempunyai emosi yang bermacam-macam.


Penyebab kegelisahan adalah karena pada hakikatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Contoh : bila ada tanda bahaya seperti bencana alam, maka orang akan kehilangan hak hidup, hak milik, hak milik, dsb.

Cara mengatasi kegelisahan yang ampuh adalah memasrahkan diri kepada Tuhan. Kita pasrahkan nasib kita sepenuhnya kepadaNya.

Keterasingan berasal dari kata dasar asing yaitu sendiri, tidak dikenal orang. Maka kata keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihnya dari pergaulan, terpencil atau terpisah dengan yang lain. Orang menjadi terasing disebabkan karena perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat atau kekurangan yang ada pada seseorang sehingga sulit untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.
Perilaku yang tidak dapat diterima masyarakat selalu menimbulkan keonaran.

Kesepian berasal dari kata sepi yang berarti sunyi atau lengang. Kesepian berarti merasa sunyi atau lengang, tidak berteman. Penyebab kesepian bermacam-macam. Salah satunya frustasi. Dalam hal seperti itu orang tidak dapat diganggu. orang yang frustasi bersikap rendah diri, sengaja menjauhi pergaulan ramai, lebih suka menyendiri, akibatnya terjadi kesepian. Kesepian akibat dari keterasingan.

Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu, tidak dapat ditentukan, tidak tahu, tanpa arah yang jelas, tanpa asal-usul yang jelas. Penyebab orang tidak dapat berpikir dengan pasti : obsesi, phobia, kompulasi, histeria, delusi, halusinasi, dan keadaan emosi. Usaha-usaha peneymbuhan dari ketidakpastian bermacam-macam. Jika rindu, maka pertemukan dengan orang yang dirinduinya. Jika phobia, maka membiasakan dengan benda itu. Namun jalan paling baik adalah mendatangi psikolog.

Jumat, 20 Mei 2016

Bab 9 Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Tanggung Jawab

A. PENGERTIAN MANUSIA

Manusia berasal dari kata "manu" (Sansekerta), "mens" (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara istilah, manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.

B. PENGERTIAN TANGGUNG JAWAB

Tanggung jawab menurut KBBI adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual ataupun teologis. Manusia tidak hanya memiliki tanggung jawab kepada sesama, tetapi juga kepada Tuhannya akan keyakinan dan ajaran-Nya.

Tanggung jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewa­jiban adalah sesuatu yang dibebankan terhadap seseorang. Macam-macam kewajiban :


1. Kewajiban Terbatas : Kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang. Contohnya undang-undang larangan membunuh, mencuri yang disampingnya dapat diadakan hukuman-hukuman.
2.  Kewajiban tidak Terbatas :Kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua orang. Tanggung jawab terhadap kewajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan kebajikan. 

Orang yang bertanggung jawab akan berusaha untuk berbuat adil dan merasakan kebahagiaan. Sedangkan orang yang tidak bertanggung jawab akan merasakan suatu kesulitan karena tidak mengikuti norma dan aturan yang ada. 

C. MACAM-MACAM TANGGUNG JAWAB

1. Tanggung Jawab manusia terhadap diri sendiri

Menurut sifatnya manusia adalah makhluk bermoral. Akan tetapi manusia juga seorang pribadi, dan sebagai makhluk pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, angan-angan untuk berbuat ataupun bertindak, sudah barang tentu apabila perbuatan dan tindakan tersebut dihadapan orang banyak, bisa jadi mengundang kekeliruan dan juga kesalahan. Untuk itulah agar maanusia itu dalam mengisi kehidupannya memperoleh makna, maka atas diri manusia perlu diberi Tanggung Jawab.

2. Tanggung Jawab kepada keluarga

Keluarga adalah masyarakat terkecil yang terdiri atas ayah, ibu, anak-anak, dan orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung Jawab ini menyangkut nama baik keluarga. kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan. 

3. Tanggung Jawab kepada masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia dapat memenuhi kebutuhannya karena bantuan orang lain. Sehingga manusia perlu mempertanggung jawabkan perbuatannya yaitu berbuat yang terbaik untuk masyarakat. Manusia juga mempertanggung jawabkan semua tingkah laku dan perbuatan.

4. Tanggung Jawab kepada Bangsa/Negara

Satu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individual adalah warga nagara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat olah norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semau sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.

5. Tanggung Jawab kepada Tuhan

Manusia harus mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuatnya selama di dunia di akhirat nanti.

D. PENGERTIAN PENGABDIAN DAN PENGORBANAN

Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebaga perwujudan, kesetiaan antara lain kepada raja, cinta, kasih sayang, hormat, atau suatu ikatan dan semua dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian muncul karena adanya tanggung jawab.

Macam-macam pengabdian :
1. Pengabdian kepada keluarga
Pada hakikatnya manusia hidup berkeluarga. Hidup berkeluarga ini didasarkan cinta dan kasih sayang. Kasih sayang ini mengandung pengertian pengabdian dan pengorbanan. Tidak ada kasih sayang tanpa pengabdian. Bila ada kasih sayang tidak disertai pengabdian. Berarti kasih sayang itu palsu atau semu. Pengabdian kepada keluarga ini dapat berupa pengabdian kepada istri dan anak-anak, istri kepada suami dan anak-anaknya, anak-anak kepada orang tuanya.

2. Pengabdian kepada masyarakat
Manusia dalah anggota masyarakat, ia tidak dapat hidup tanpa orang lain, karena tiap-tiap orang lain saling membutuhkan. Bila seseorang yang hidup di masyarakat tidak mau memesyarakatkan diri dan selalu mengasingkan diri, maka apabila mempunyai kesulitan yang luar biasa, ia akan ditertawakan oleh masyarakat, cepat atau lambat ia akan menyadai dan menyerah kepada masyarakat lingkungannya.

Oleh karena itu, demi masyarakat, anggota mayarakat harus mau mengabdikan diri kepada masyarakat. Ia harus mempunyai rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Oleh karena nama baik tempat ia tinggal, membawa nama baiknya pula. Bila remaja masyarakat kampungnya terkenal dengan “remaja berandal” suka berkelahi, mengganggu orang, atau merampas hak orang lain, maka bagaimanapun juga ia akan merasa malu.

3. Pengabdian kepada Negara
Manusia pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara suatu negara. Karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya. Mencintai ini biasanya diwujudkan dalam bentuk pengabdian. Tidak ada arti cinta tanpa pengabdian.

4.  Pengabdian kepada Tuhan
Manusia tidak ada sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawabnya kapada Tuhan Yanag Maha Esa. Selain itu juga manusia harus menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih.

Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan, sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, dan waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, akan tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.

Bab 8 Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Pandangan Hidup

A. PANDANGAN HIDUP

Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh semua orang dan semua golongan.

Faktor-faktor yang menyebabkan manusia lupa dengan pandangan hidupnya dan pengabdiannya kepada Sang Pencipta :
  1. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
  2. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
  3. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
  4. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan hidupnya.
  5. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan aspirasi dan cita-cita sesesorang, sekelompok, ataupun masyarakat.

Menurut Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985), pandangan hidup bersifat elastis, maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.

Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang biasanya tidak hanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology, tetapi juga dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.

B. CITA-CITA

Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepas diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu. 

Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita sering kali diartikan sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan manusia.
Ada tiga kategori keadaan hati seseorang yakni lunak, keras,dan lemah, seperti :

1. Orang yang berhati keras, biasanya tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala esulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati keras biasanya juga mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
2. Orang berhati lunak biasanya dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-citanya.
3. Orang yang berhati lemah biasanya mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan dan berganti keinginan.

C. KEBAIKAN ATAU KEBAJIKAN

Pada hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik. Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu :
  1. Manusia sebagai pribadi, Yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
  2. Manusia sebagai anggota masyarakat, Yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Sebagai anggota masyarakat, manusia tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan.
  3. Manusia sebagai makhluk tuhan, manusia pun harus mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
Jadi, kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat, dan Hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah-tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.

Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik yang bermaksud mencari keuntungan diri sendiri.

D. USAHA/PERJUANGAN

Setiap manusia dituntut untuk bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita sesuai dengan kemampuannya. Setiap orang mempunyai kemampuan (keahlian) yang berbeda-beda. Oleh karena itu, manusia dituntut untuk membantu sesamanya. Apabila sistem ini diangkat ketingkat organisasi negara, maka negara akan mengatur usaha / perjuangan warga negaranya sedemian rupa, sehingga perbedaan tingkat kemakmuran antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau tidak terlalu mencolok. Keadaan ini dapat dikaji melalui pandangan hidup /idiologi yang dianut oleh suatu negara.

E. KEYAKINAN DAN KEPERCAYAAN

Secara bahasa, keyakinan berasal dari kata yaqin yang artinya percaya sungguh-sungguh. Kepercayaan berbeda dengan keyakinan. Keyakinan dan keimanan berada di atas istilah kepercayaan. Dan keyakinan ekuivalen dengan keimanan. Kepercayaan menerima dengan budi (ratio) dan keyakinan menerima dengan akal. Dalam hal agama, keyakinan itu berarti menyakini secara pasti dan benar bahwa Allah adalah Sang Maha Pencipta. Dalam bidang kehidupan manusia menggunakan keyakinan sebagai cara dalam menempuh kehidupan. Tanpa keyakinan, kehidupan akan diliputi oleh bimbang.

F. LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK

Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan dengan makhluk lainnya. Satu diantar keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain menusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.

Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun non fisik. Seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan, dan sebagainya.

Selain itu manusia sadar pula bahwa kehidupannya itu lain bila dibandingkan dengan kehidupan makhluk lain. Sadar pula bahwa dibalik kehidupan ini ada kehidupan lain yang diyakini lebih abadi. Lebih yakin lagi bahwa kehidupan lain itu bahkan merupakan kehidupan yang sesungguhnya.

Disana setiap manusia akan mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan selama hidup didunia. Manusia tahu benar bahwa baik dan buruk itu akan memperoleh perhitungan, maka manusia akan selalu mencari sesuatu yang dapat menuntunnya kearah kebaikan dan menjauhkan diri dari keburukan.

Akhirnya manusia menemukan apa yang disebut “ sesuatu dan kekuatan diluar dirinya “. Ternyata keduanya adalah “ Agama dan Tuhan “. Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua manusia yang memahaminya, sehingga banyak orang yang memeluk suatu agama semata-mata atas dasar keturunan. Akibatnya banyak orang yang beragama hanya pada lahirnya saja dan tidak sampai batinnya. Atau yang sering dikenal dengan agama KTP. Padahal urusan agama adalah urusan akal, seperti dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam satu hadistnya : Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal.

Maksud Nabi Muhammad SAW tersebut ialah agar manusia dalam memilih suatu agama benar-benar berdasarkan pertimbangan akalnya, dan bukan semata-mata karena asas keturunan. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat-236 yang artinya :
Tidak ada paksaan untuk memasuki sesuatu agama, sesungguhnya telah jelas antara jalan (agama) yang benar dan jalan (agama) yang salah.

Ternyata, pandangan hidup sangat penting. Baik untuk kehidupan sekarang maupun kehidupan di akhirat. Dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya. Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal bukan sekedar ikut-ikutan saja.

Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan. Bukan kebutuhan sesaat seperti makan, minum, tidur, dan sebagainya. Melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat kita memerlukan perlindungan Allah SWT dan petunjuk agama sampai diakhir nanti.




STUDI KASUS

Menimbang Keadilan Hukum Islam dalam Kasus Yuyun


sumber : http://www.hidayatullah.com/redaksi/surat-pembaca/read/2016/05/07/94368/menimbang-keadilan-hukum-islam-dalam-kasus-yuyun.html



BANYAK orang takut dan menilai stereotif hukum Islam (syariah). Beragam komentar miring dari publik baik itu muslim atau non muslim mengenai hukum Islam.
Ada yang bilang hukum Islam bar-bar, tidak berprikemanusian, melangar HAM, dsb, intinya beragam komentar miring tentang hukum Islam. Bahkan banyak ummat Islam di negri ini sendiri antipati dan enggan dengan hukum Islam (syariah).
Mari kita belajar rasa keadilan lewat kasus yang menimpa Yuyun bin Hakim, dan Yuyun yang lainya.
Kasus kekerasan pembunuhan dan disertai pemerkosaan yang dialami Yuyun sontak menyita perhatian publik, kasus ini sangat membuat geram masyarakat, bahkan banyak menyeruak ke permukaan kemarahan masyarakat, sehingga muncul wacana tentang hukuman mati atau kebiri, atau paling minim dihukum penjara seumur hidup bagi pelaku pemerkosaan yang disertai pembunuhan oleh belasan pelaku kejahatan.

Saya yakin dengan kasus yang menimpa Yuyun pasti publik sepakat apapun agama dan sukunya jika pelaku pemerkosaan dan pembunuhan untuk dihukum mati.
Di sini banyak yang menyuarakan hukuman berat bagi pelaku kekerasan tersebut, termasuk tindak pidana lainnya.
Tahukah Anda, hukum Islam sudah jauh-jauh hari memberikan hukum keras bagi pelaku seperti ini, mulai dari cambukan, rajam atau bahkan paling dahsyat dengan hukuman salib dengan cara menyilang, seperti firman Allah berikut ini:
“Hukuman bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di bumi hanyalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka secara silang, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar.” (QS: Al Maidah [5]:33)
Yang mengherankan adalah mengapa banyak orang benci dan antipati dengan hukum Islam diterapkan, tapi berharap hukuman berat bagi pelaku tindak pidana.
Timbanglah keadilan seakan Anda korban atau keluarga korban, dengan cara ini anda akan tahu betapa adilnya hukum Allah lewat hukum syariah. Hampir setiap keluarga korban menilai, apapun putusan hakim mereka selalu berharap agar pelaku dihukum seberat-beratnya dengan hukuman mati, atau minimal penjara seumur hidup.
Dengan cara demikian Anda pasti akan menyimpulkan bahwa hukum Allah adalah adil.
Hukum Islam menimbang keadilan lewat rasa yang ada pada diri keluarga korban, karena keluarga korban tidak mungkin bisa disogok, karena mereka yang kehilangan. Sehingga adil baru tegak menurut mereka jika pelaku dihukum seberat-beratnya.
Dalam hukum Islam, keluarga korban diberikan opsi:
Pertama, menuntut hukum mati
Kedua, meminta uang tebusan (diyat)
Ketiga,  memaafkan
Jika keluarga korban memilih opsi ke-3, maka disana akan terlihat betapa indahnya hukum Islam, tapi jika yang dipilih opsi 1 atau 2, maka itu juga sangat wajar. Bagaimana jika kasus ini menerima keluarga kita? Rasakan itu kepada kita semua.
Tapi hukum positif sepenuhnya kewenangan di tangan hakim, dia tidak merasakan kepedihan seperti yang dirasakan korban, maka tidak sedikit para hakim mendapatkan kenikmatan atas penderitaan orang lain, sehingga hakim tersebut memutuskan perkara jauh dari harapan korban karena mendapatkan sogokan dari pelaku, sehingga yang tersisa keadilan hanyalah isapan jempol belaka.
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS: Al Baqarah [2]:208)
Mengapa kita masih ragu dengan tidak rela menerima hukum Allah (syariah)? Agar tidak ada lagi korban Yuyun-yuyun yang lain.
“Kami telah menetapkan bagi mereka di dalamnya (Taurat) bahwa nyawa (dibalas) dengan nyawa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada qişāş-nya (balasan yang sama). Barangsiapa melepaskan (hak qişāş)nya, maka itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang zalim.” (Q.S Al. Maidah :45)
Percayalah, selama hukum masih ada di tangan manusia, kita tidak akan pernah menemukan keadilan yang sejati.


opini :
Menurut saya, Apakah ada agama yang mengajarkan tentang kejahatan ? tidak. Agama berfungsi agar manusia tidak kacau. Setiap manusia cenderung melakukan kerusakan di bumi. Tetapi, jika manusia mempelajari agama dengan baik kemudian meyakini lalu menjadikannya sebagai pandangan hidupnya, maka tidak akan ada manusia yang melakukan perbuatan tidak senonoh tersebut. 
C

Selasa, 17 Mei 2016

Bab 7 Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Keadilan

A. PENGERTIAN KEADILAN

Keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.

Bung Hatta dalam uraiannya mengenai sila “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia” menulis sebagai berikut “keadilan social adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan makmur.” Selanjutnya diuraikan bahwa para pemimpin Indonesia yang menyusun UUD 45 percaya bahwa cita-cita keadilan social dalam bidang ekonomi adalah dapat mencapai kemakmuran yang merata.

B. MACAM-MACAM KEADILAN
1. Keadilan Komutatif (iustitia commutativa) : keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi bagiannya berdasarkan hak seseorang (diutamakan obyek tertentu yang merupakan hak seseorang.
2. Keadilan Distributif (iustitia distributiva) : keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang apa yang menjadi haknya berdasarkan asas proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan kecakapan, jasa atau kebutuhan.
3. Keadilan legal (iustitia Legalis) : keadilan berdasarkan Undang-undang (obyeknya tata masyarakat) yang dilindungi UU untuk kebaikan bersama (bonum Commune).
4. Keadilan Vindikatif (iustitia vindicativa) : keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang hukuman atau denda sesuai dengan pelanggaran atau kejahatannya.
5. Keadilan kreatif (iustitia creativa) : keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang bagiannya berupa kebebasan untuk mencipta sesuai dengan kreatifitas yang dimilikinya di berbagai bidang kehidupan.
6. Keadilan protektif (iustitia protectiva) : keadilan yang memberikan perlindungan kepada pribadi-pribadi dari tindakan sewenang-wenang pihak lain.

C. KEJUJURAN 
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya, apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan harus sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata atau perbuatan. 

D. KECURANGAN
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hari nuraninya atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan berusaha. Kecurangan menyebabkan orang menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya, dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Bermacam-macam sebab orang melakukan kecurangan.

E. PERHITUNGAN DAN PEMBALASAN
Pembalasan adalah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang.

Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang menyatakan bahwa Tuhan mengadakan pembalasan. Bagi yang bertakwa kepada Tuhan diberikan pembalasan, dan bagi yang mengingkari perintah Tuhan pun diberikan pembalasan yang seimbang, yaitu siksaan di neraka. Pembalasan disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapatkan pembalasan yang bersahabat. Sebaliknya, pergaulan yang penuh kecurigaan, menimbulkan pembalasan yang tidak bersahabat pula

Pada dasarnya, manusia adalah makhluk moral dan makhluk sosial. Dalam bergaul, manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu. Bila manusia bermuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar hak dan kewajiban manusia lain. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar, maka manusia berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.

F. PEMULIHAN NAMA BAIK
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Penjagaan nama baik erat hubunganya dengan tingkah laku atau perbuatan. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatan – perbuatan yang dihalalkan agama dan lain sebagainya.

Pada hakekatnya, pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala

kesalahannya; bahwa apa yang telah diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan akhlak.

G. PEMBALASAN
Pembalasan teori tertua dalam teori tujuan pemidanaan. Teori ini memandang bahwa pemidanaan merupakan pembalasan atas kesalahan yang telah dilakukan. Jadi teori ini berorientasi pada perbuatan dan terjadinya perbuatan itu sendiri.

Teori absolut mencari dasar pemidanaan dengan memandang masa lampau (melihat apa yang telah dilakukan oleh sang pelaku). Menurut teori ini pemidanaan diberikan karena dianggap si pelaku pantas menerimanya demi kesalahan sehingga pemidanaan menjadi retribusi yang adil dari kerugian yang telah diakibatkan. Pembalasan terjadi karena adanya sesuatu kesalahpahaman atau tindakan yang seharusnya tidak dilakukan, maka antara satu kubu dengan kubu yang lain menimbulkan rasa dendam yang sama dengan perlakuan yang sejenis.


 

Sabtu, 23 April 2016

Bab 4 Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Kinta Kasih

A. PENGERTIAN CINTA KASIH
Cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik lainnya. Sedangkan kasih adalah perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Menurut Sarlito W. Sarwono, cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah perasaan untuk hanya bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Keintiman adalah kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara anda dan dia sudah tidak ada jarak lagi. Kemesraan adalah rasa ingin dibelai atau membelai, rasa kangen kalua jauh atau lama tidak bertemu adanya ucapan-ucapan yang menunjukkan sayang.

Dalam kitab suci Al-Quran surat At-Taubah : 24 disebutkan tingkatan-tingkatan dalam cinta yang berbunyi :
“Katakanlah : jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”

Cinta tingkat tertinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan Allah. Cinta tingkat menengah adalah cinta kepada orang tua, anak, saudara, istri/suami, dan kerabat. Cinta tingkat terendah adalah cinta yang lebih mengutamakan cinta keluarga, kerabat, harta, dan tempat tinggal.
Bagi orang yang merasakan adanya iman di dalam hatinya, ia akan merasakan bahwa Allah adalah dzat Yang Maha Agung, Maha Sempurna, Maha Indah.

Hakikat cinta menengah adalah energi yang berasal dari perasaan hati dan jiwa. Berangkat dari perasaan lembut yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah akan terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang lain. Tanpa adanya cinta ini, tidak akan ada keturunan, asuhan, dan bimbingan.


Cinta tingkat terendah adalah cinta paling hina dan paling merusak kemanusiaan. Contoh cinta tingkat terendah adalah cinta berlandaskan hawa nafsu, cinta kepada setan, cinta yang mengutamakan kecintaan pada orang tua, anak, istri, peniagaan, dan lain-lain. 

B. CINTA MENURUT AGAMA
1. Cinta Diri
Firman Allah SWT surat Al-“Adiyat : 8 :

“Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri adalah kecintaannya yang sangat terhadap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan memudahkan baginya segala sarana untuk kesenangan dan kemewahan hidup.”

Firman Allah SWT surat Al-Fushilat : 49 :

“Diantara gejala yang menunjukkan kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri adalah permohonannya terus menerus agar dikarunia harta, kesehatan, dan berbagai kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila ia tertimpa bencana, keburukan, atau kemiskinan, ia merasa putus asa dan mengira tidak mendapatakan karunia lagi”


2. Cinta kepada sesama manusia
Manusia tidak boleh mencintai dirinya sendiri dengan egois. Manusia harus menyeimbangkan cinta antara diri sendiri dan sesama manusia.

3. Cinta seksual
Firman Allah SWT surat  Ar-Rum : 21 

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berpikir.”

Dalam Islam, cinta seksual bermanfaat untuk menghasilkan keturunan, bangsa, ilmu, hingga teknologi. Namun perlu pengendalian dan penguasaan karena dengan pemenuhan dengan sah melalui pernikahan.

4. Cinta kebapakan
Ahli ilmu jiwa modern berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukan dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis karena anak adalah sumber kebahagiaan dan kekuatan untuk bapaknya.  Biasanya cinta kebapakan Nampak dalam perhatian seorang bapak pada anak-anaknya, asuhan, nasihat, dan pengarahan yang diberikannya kepada mereka, demi kebaikan dan kepentingan diri sendiri.

5. Cinta kepada rasul
Ini adalah cinta tertinggi kedua karena Rasul merupakan ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingakh laku, moral, maupun sifat luhur lainnya.

6. Cinta kepada Allah
Ini adalah cinta tertinggi dan terbening.

Firman surat Al-Imran : 31, berbunyi :
“Katakanlah : “jika kamu (benar-benar)mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah maha pengampun lagi maha penyayang”

Jika seseorang benar benar mencintai Allah, ia akan melakukan segala tindakan untuk Allah tidak hanya dalam ibadah saja. Cinta yang ikhlas kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukan semua bentuk kecintaan lainnya. 

C. KASIH SAYANG
Pengertian kasih sayang menurut kamus umum bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadaminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.

D. KEMESRAAN
Kemesraan berasal dari kata mesra yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan merupakan wujud kasih sayang yang mendalam.Kemesraan dapat menciptakan kreativitas yang berujung menciptakan suatu karya seni seperti W.S. Rendra, tari tradisional karonsih dari Jawa Tengah, cerpen Transaksi karangan Umar Nur Zain, dll.

E. PEMUJAAN
Pemnujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya melalui ritual. Pemujaan kepada Tuhannya merupakan inti dari kehidupan yang sebenarnya. Pemujaan tersebut berfungsi untuk berkomunikasi kepada Tuhannya, memohon ampunan atas kesalahannya, memohon petunjuk dari Tuhannya, dll.

Bila setiap hari sekian kali manusia memuja kebesarannya dan selalu memohon apa yang diinginkan, dan Tuhan selalu mengabulkan permintaan umat-Nya, maka wajarlah cinta manusia kepada Tuhan adalah cinta mutlak. Cinta yang tidak dapat ditawar-menawar lagi.

F. BELAS KASIHAN
Dalam cinta kepada Tuhan serta orang tua dan saudara dipergunakan belas kasihan karena penderitaannya. Orang yang berbelas kasihan adalah orang yang berbudi baik.

G. CINTA KASIH EROTIS
Cinta erotis adalah atraksi individual belaka. Namun cinta erotis juga perbuatan kemauan. Cinta erotis apabila sudah mempunyai cinta kasih maka ia mempunyai satu pendirian, yaitu bahwa seseorang besungguh-sungguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya dan menerima pribadi orang lain. 

Bab 6 Ilmu Budaya Dasar - Manusia dan Penderitaan

A. PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan berasal dari kata derita yang artinya menanggung. Setiap orang mempunyai penderitaan yang intensitasnya berbeda-beda. Ada yang ringan dan ada yang berat. Penderitaan merupakan bagian dari hidup manusia. Dalam firman Allah SWT surat AL-Insyiqaq : 6 disebutkan

manusia ialah makhluk yang penuh perjuangan

B. SIKSAAN
Firman Allah surat Al-Ankabut : 40 disebutkan :

"Masing-masing bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantaranya kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Ad, ada yang diganyang dengan halilintar bergemuruh dahsyat seperti kamun Tsamud, ada pula yang kami benamkan ke dalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang kami tenggelamkan seperti kaum Nuh...."

Dari ayat diatas dapat disimpulakan bahwa yang membuat siksaan adalah manusia itu sendiri karena dosa-dosanya.

Siksaan yang sifatnya psikis misalnya kebimbangan, kesepian, dan ketakutan. Kebimbangan akan dialami seseorang bila ia pada suatu saat dai tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Kesepian dialami oleh seseorang merupakan rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai. Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. 

Hal-hal yang dapat menyebabkan ketakutan :
- Claustrophobia dan Agoraphobia : Claustrophobia adalah ketakutan terhadap ruangan tertutup             sedangkan Agoraphobia merupakan ketakutan terhadap ruangan terbuka
- Gamang : ketakutan terhadap ketinggian
- Kegelapan
- Kesakitan
- Kegagalan

C. KEKALUTAN MENTAL
Kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertindak secara kurang wajar. 

Gejala-gejala awal kekalutan mental :
- Nampak pada jasmani yang sering pusing, mual, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
- Nampak pada kejiwaannya yang sering cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah

Tahap-tahap gangguan kejiwaan :
- Gangguan kejiwaan secara psikis maupun jasmani
- Usaha mempertahankan diri dengan negatif yaitu lari dari masalah. Orang yang lari masalah justru     menambah beban batinnya
- Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) yang bersangkutan mengalami gangguan

Sebab munculnya kekalutan mental :
- kepribadian yang lemah
- Terjadinya Konflik sosial budaya
- Cara pematangan batin yang salah

Proses kekalutan mental membawa dirinya menuju :
- Positif : menjadi lebih dekat dengan Tuhannya
- Negatif : Mengalami frustasi sehingga menjadi agresi, regresi, fiksasi, proyeksi, identifikasi,               narsisme, autisme

Kekalutan sering terjadi di Kota besar, juga sering terjadi pada anak muda, wanita, orang yang tidak mempunyai agama, orang yang terlalu mengejar materi

D. PENDERITAAN DAN PERJUANGAN
Agar kita terbebas dari penderitaan maka kita harus berjuang menghadapi tantangan hidupnya . Firman Allah SWT surat Ar-Rad : 11 :

"Allah tidak ada mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya."

E. PENDERITAAN, MEDIA MASSA, DAN SENIMAN
Media massa merupakan alat yang paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan mempunyai rasa simpati dan empati dengan cepat. Selain melalui media massa, seniman juga bisa mengkomunikasikan melalui karya seni sehingga para penikmat seni dapat merasakan seninya sekaligus merasakan penderitaan si seniman tersebut. 

F. PENDERITAAN DAN SEBAB-SEBABNYA
a. Penderitaan yang buruk karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan ini tidak hanya terjadi sesama manusai, tetapi juga dari manusia ke lingkungan. Seperti tanah lingsor, banjir, dll.
b. Penderitaan yang timbul karena penyakit/siksaan/Azab Tuhan. Kesabaran dan tawakal merupakan usaha untuk mengatasi penderitaan itu.

G. PENGARUH PENDERITAAN
Penderitaan yang dialami manusia dapat menjadi positif ataupun negatif. Sikap negatif misalnya tidak bahagia, kecewa, putus asa, dan bunuh diri. Sikap positif misalnya rasa optimis, kreatif dalam menghadapi masalah, tidak mudah menyerah, dan masih banyak lagi.

Ilmu Budaya Dasar bab 5 Manusia dan Keindahan

A. KEINDAHAN

Kata keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek, dan sebagainya. Keindahan dapat dihasilkan dari campur tangan manusia. Keindahan merupakan bagian dari manusia.
Keindahan sulit didefinisikan karena konsepnya yang abstrak. Tetapi pokok dari keindahan :
- keselarasan (harmony)
- kesetangkupan (symmetry)
- keseimbangan (balance)
- perlawanan (contrast)

Dapat disimpulkan bahwa keindahan terdiri dari keselarasan. Meskipun begitu masih banyak para filsuf yang mendefinisikan keindahan dengan pendapat masing-masing.

b. KOTEMPLASI DAN EKSTANSI
Kotemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah. Ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk menyatakan, merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar diri manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah.

Apabila kotemplasi dan ekstansi itu dihubungkan dengan kreativitas, maka kotemplasi itu faktor pendorong untuk merasakan, menikmati keindahan, sedangkan ekstansi itu merupakan faktor pendorong untuk merasakan, menikmati keindahan. Setiap orang memiliki deraja kotemplasi dan ekstansi yang berbeda.

c. APA SEBAB MANUSIA MENCIPTAKAN KEINDAHAN?
1. Tata nilai yang telah usang
    Banyaknya nilai-nilai adat istiadat yang merugikan membuat para sustrawan zaman Balai Pustaka       menciptakan sebuah sastra yang berjudul "Layar Terkembang" oleh Sultan Takdir Alisyahbana,           "Siti Nurbaya" oleh Marah Rusli.
2. Kemerosotan zaman
    Kemerosotan moral adalah perilaku yang tidak baik. Jika idak baik maka tidak indah. Oleh karena       itu, sustrawan W.S. Rendra menciptakan seni yang berjudul "Bersatulah Pelacur-pelacur Kota             Jakarta"
3. Penderitaan manusia
    Manusia yang menderita karena nafsu jabatan, harta, dll. tidak mempunyai daya tarik dan tidak           menyenangkan. Hal ini tidak indah karena niai kemanusiaan telah diabaikan.
4. Keagungan Tuhan
    Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta           kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia           hanya bisa menirukan keindahan ciptaan Tuhan itu.

d. KEINDAHAN MENURUT PANDANGAN ROMANTIK
Kutipan John Keats (1795-1821) :

A thing of beauty is a joy forever
itss loveliness; it will never pass into nothingless

Dia mengatakan bahwa sesuatu yang indah adalah keriangan selama-lamanya, kemolekannya bertambah, dan tidak pernah berlalu ke ketiadaan.

Menurut Keats, orang yang mempunyai konsesp keindahan hanya tertentu jumlahnya. Mereka mempunyai negative capability yaitu kemampuan untuk selalu dalam keadaan ragu-ragu, tidak menentu dan misterius tanpa mengganggu keseimbangan jiwa dan tindakannya hanya pikiran dan hatinya yang selalu diliputi keresahan.

Intinya, banyak seniman yang tidak mempunyai negative capability karena mereka tidak bisa mengungkapkan "keindahan" dengan baik. Orang yang tidak mempunyai negative capability tidak kreatif karena segala sesuatu telah jelas baginya, tidak ada keraguan baginya.

B. RENUNGAN
Renungan  adalah hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa teori, yaitu :
- Teori pengungkapkan. Teori ini merupakan apa yang dialami oleh seniman ketika menciptakan           suatu karya seni. "Art is expression of human feeling"
- Teori metafisik. Menurut Arthur Schopenhauer (1788-1860) seni adalah suatu bentuk dari                   pemahaman realita dan realita yang sejati adalah suatu keinginan (will) yang sementara. Dunia           objektif sebagai ide hanyalah wujud luar dari keinginan itu. Kemudian terciptalah suatu karya seni.
-Teori Psikologis. Menelaah suatu estetik dan seni dengan metode-metode psikologi. Sebagian proses penciptaan seni berasal dari pemenuhan psikologis-psikologis

C. KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi, kata serasi berasal dari rasi yang artinya cocok. Kata cocok mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran, dan seimbang. Pertentangan menghasilkan keserasian karena tercipta suatu keseimbangan.

Keindahan merupakan kualitas/pokok tertentu suatu hal. Kualitas yang sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symetry), keseimbangan (balance), dan keterbalikan (contrast). Kemudian disusun menjadi garis, irama, warna, dll.

a. Teori obyektif dan teori subyektif
Menurut teori obyektif keindahan atau ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualita) yang memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari orang yang mengamatinya. Teori subyektif adalah ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda tidak ada yang ada hanya perasaan dalam diri seseorang ketika melihat suatu benda.

b. Teori perimbangan
Bangsa Yunani mengungkapkan bahwa hubungan-hubungan matematik yang cermat sebagaimana dalam ilmu ukur dan berbagai pengukuran proporsi ternyata dapat diwujudkan dalam benda-benda bersusun dengan indah.


Selasa, 22 Maret 2016

Bab 3 Ilmu Budaya Dasar - Konsepsi Ilmu Budaya Dasar dalam Kesusastraan

A. PENDEKATAN KESUSASTRAAN

Hampir di setiap zaman, seni termasuk sastra memegang peranan penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama.

Hampir disetiap zaman, sastra mempunyai peranan lebih penting. Alasan pertama karena sastra pergunakan bahasa. Sementara, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia, dalam hal berkomunikasi, berfilsafat, melahirkan pernyataan alam semesta, dll.

B. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA
Prosa lama meliputi :

  • Dongeng
  • Hikayat
  • Epos
  • Sejarah
  • Cerita pelipur lama
Prosa baru meliputi :
  • Cerita pendek
  • Roman/novel
  • Biografi 
  • Kisah
  • Autobiografi
C. NILAI-NILAI DALAM PROSA FIKSI
Prosa mempunyai nilai-nilai (moral) untuk pembaca melalui sastra, antara lain
  1. Prosa fiksi memberikan kesenangan. Pembaca mendapatkan pengalaman seperti pengalamannya sendiri melalui imajinasinya.
  2. Prosa fiksi memberikan informasi. Pembaca mendapatkan sesuatu yang lebih daripada sejarah yang terkadang tidak ada di ensiklopedia.
  3. Prosa fiksi memberikan wawasan kultural. Prosa fiksi dapat menstimuli imajinasi dan merupakan sarana bagi pemindahal yang tiada henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
  4. Prosa memberikan keseimbangan wawasan. Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu serta meneriman respon-respon emosional yang sangat berbeda dari kehidupannya sendiri.
Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua; Karya sastra yang menyuarakan aspirasi zamannya dan karya sastra yang menyuarakan gejolak zamannya. Ada yang menyuarakan keduanya. Karya sastra yang menyuarakan gejolak zamanya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan seusatu, melainkan untuk berenung. Sedangkan karya sastra yang menyuarakan aspirasinya mengajak pembaca untuk melakukan apa yang dikehendaki di zamannya. Kedua macam itu selalu menyampaikan masalah dengan jalan menyajikan interaksi tokoh-tokohnya. Setiap tokoh mempunyai kepribadian yang berbeda sehingga berpotensi menimbulkan konflik. Konflik dapat terjadi di dalam tokoh tersebut atau antara beberapa tokoh lainnya.

D. ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI

Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, sedangkan kesenian bagian unsur dari kebudayaan. Puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhannya melalui bahasa yang artistik. Yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.

Kreativitas dan keestetikannya penyair dalam membangun puisinya menggunakan :
1. Figura bahasa, seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, dll.
2. Kata-kata yang ambiguitas
3. Kata-kata yang berjiwa, yaitu kata-kata yang sudah diberi perasaan tertentu.
4. Kata-kata yang konotatif
5. Pengulangan, berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan

Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :

  1. Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia. Manusia ingin memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih nebghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbatas. Pendekatan terhadap pengalaman itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut "imaginative entry", yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.
  2. Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual. Dengan membaca puisi mahasiswa dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukan kepada pembaca bagian hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.
  3. Puisi dan keinsyafan sosial. Puisi juga memberikan pengetahuan tentang manusia sebagai makhluk sosial. Secara imajinatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang berupa :
    • Penderitaan atas ketidakadilan
    • Perjuangan untuk kekuasaan
    • Konflik dengan sesamanya
    • Pemberontakan terhadap hukum Tuhan

STUDI KASUS

Naskah Kuno Perlu di Transkrip Dan Transliterasi


JAKARTA - Naskah-naskah kuno yang tersimpan di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) harus segera diselamatkan melalui proses terjemahan (transkrip) dan transliterasi oleh para peneliti, yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku.

"Agar anak-anak jaman sekarang mau membaca naskah kuno itu diperlukan terjemahan oleh peneliti dan pengkaji naskah," kata Wakil Ketua Lembaga Basa jeung Sastra Sunda (LBSS), Rachmat Taufiq Hidayat, di Jakarta, Rabu (27/5).

Pasalnya, kata Rachmat, dalam acara bedah buku 'Hikayat Nakhoda Asik dan Hikayat Merpati Mas' di Aula Perpustakaan Nasional, naskah-naskah yang tersimpan di Perpusnas itu bertuliskan huruf Melayu, Arab kuno, Jawa kuno yang tidak dimengerti kaum muda saat ini.

Menurut dia, terjemahan naskah kuno melalui penerbitan buku sangat bermanfaat agar naskah aslinya yang terbuat dari daun lontar, kulit kayu atau kertas yang sudah berumur ratusan tahun itu tidak rusak.

"Jadi, mereka bisa mempelajarinya melalui buku yang telah diterbitkan," ujarnya seraya mengatakan Perpusnas bisa melakukan kerjasama dengan peneliti dan penerbit.

Ia menyebutkan, dalam kerangka warisan nenek moyang itu bukan hanya bentuk fisiknya saja yang harus dirawat dan dipelihara, melainkan kandungan isi naskahnya pun perlu dilestarikan kepada masyarakat.

Selama ini Perpusnas telah berupaya melakukan iventarisir dan katalogisasi naskah-naskah tersebut, namun upaya tersebut dinilainya belum cukup sehingga perlu dilakukan penyelamatan naskah-naskah itu.

Rachmat mengatakan, untuk menggairahkan program penyelamatan naskah-naskah kuno itu Perpusnas sudah selayaknya memberikan penghargaan kepada para peneliti dan pengkaji naskah yang telah merampungkan penelitiannya.

Salah satu bentuknya, bisa berupa pemberian honor yang pantas sesuai dengan jerih payah dan prestasi peneliti atau penelaah naskah, katanya.

Menurut Sekretaris Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jabar ini, bila isi materi yang terkandung dalam naskah merupakan karya sastra, maka untuk mempopulerkannya di tengah masyarakat harus direncanakan penerbitan karya adaptasinya.

Karya adaptasi adalah pengalihan bentuk dan pengolahan kembali sebuah karya sastra agar lebih sesuai dengan kalangan pembaca tertentu dalam memperhatikan unsur lingkungan pada budaya tersebut.

"Kadang-kadang karya adaptasi lebih hidup dibandingkan karya aslinya," tuturnya.
Ia mencontohkan, Prof Dr Ajatrohaedi pernah mengadaptasi naskah berbahasa 'Sunda Wawacan Ogoin Amarsakti' dalam bentuk cerita anak-anak dengan judul 'Ogin si Anak Sakti'.

"Alangkah baiknya bila naskah-naskah kuno yang ada diadaptasi dalam bentuk roman atau cerita anak-anak, sehingga menjadi menarik," demikian Rachmat Taufiq Hidayat./ant/itz

SUMBER : http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/seni-budaya/09/05/27/52730-naskah-kuno-perlu-di-transkrip-dan-transliterasi

OPINI

Saya setuju dengan pendapat di berita tersebut karena naskah kuno tersebut adalah karya sastra yang dihasilkan oleh kebudayaan pada masa lalu sehingga dari karya sastra itu kita dapat mengenal bagaimana kebudayaan Indonesia pada masa lalu.

Senin, 21 Maret 2016

Bab 2 IBD - Manusia dan Kebudayaan

A. Manusia
Beberapa pandangan mengenai manusia :

1. Manusia terdiri dari empat unsur yang saling terkait, yaitu :
  • Jasad, yaitu : badan kasar manusia yang mampat pada luarnya, dapat diraba dan difoto, dan menempati ruang dan waktu (hal 62)
  •  Hayat, yaitu : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak (hal 66)
  • Ruh, yaitu : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran , suatu kebenaran mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat kebudayaan
  • Nafs, dalam pengertian diri dan kekuatan, yaitu kesadaran tentang diri sendiri (hal 79) (Asy’arie. 1992 hal : 62-84)

2. Manusia sebagai satu kepribadian mempunyai tiga unsur
  •  Id, yang merupakan libido murni, atau energy psikis yang merupakan ciri alami yang irrasional yang terkait seks, yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconscious).
  • Ego, sering kali disebut kepribadian “eksklusif” karena perannya dalam menghubungkan energy Id ke dalam saluran sosial yang dimengerti orang lain.
  • Superego, terbentuk dari lingkungan eksternal. Merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan orang tua.

B. HAKEKAT MANUSIA
  • Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satuan yang utuh. Jika manusia itu meninggal, jiwa lepas dari tubuhnya lalu kembali ke Tuhan.  Tubuhnya menjadi hancur namun jiwanya tidak mengalami kehancuran.
  • Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lainnya. Deangan adanya akal, manusia dapat membedakan kebaikan dan keburukan serta dapat menciptakan ilmu pengentahuan dan teknologi. Dengan adanya perasaan, manusia dapat menciptakan seni.
  • Makhluk biocultural, makhluk hayati yang budayawi. Dari segi ilmu hayati, manusia dapat mempelajari ilmu-ilmu hayati (psikologis, anatomi, fisiologi, dsb.). Dari segi budaya manusia dapat mempelajari ilmu-ilmu sosial dan bahasa.
  • Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan lingkungan, mempunyai kualitas karena mampu berkarya. Soren Kienkegaard (filsuf asal Denmark) memandang manusia dalam konteks kehidupan konkrit adalah makhluk kehidupan yang terikat dengan  lingkungannya, memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah.


C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Francis L.K. Hsu, sarjana Amerika keturunan China, mengembangkan suatu konsepsi, yaitu dalam jiwa manusia mengandung delapan daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
  • Nomor 7 dan 6 : daerah tak sadar dan sub sadar. Berada di lingkaran paling dalam sehingga tidak dapat terdesak keluar lingkaran lainnya. Individu tersebut mempunyai pikiran dan gagasan yang tidak utuh lagi.
  • Nomor 5 : kesadaran yang tak dinyatakan. Individu mempunyai pikiran dan gagasan yang disadari oleh individu tetapi tidak diungkapkan
  • Nomor 4 : kesadaran yang dinyatakan. Pikiran dan gagasannya disampaikan secara terbuka ke orang lain.
  • Nomor 3 : lingkaran hubungan karib. Si individu diajak bergaul mesra dan karib sebagai tempat berlindung dan mencurahkan isi hatinya.
  • Nomor 2 : lingkaran hubungan berguna. Tidak ditandai oleh sikap mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang.
  • Nomor 1 : lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan, dan adat yang ada dalam kebudayaan sendiri, tetapi jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung terhadap kehidupan sehari-hari.
  • Nomor 0 : lingkarang hubungan luar. Hubungan jauh yang berada di luar masyarakat dan Indonesia.
D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
·         Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan oleh masyarakat. (E.B. Taylor)
  • ·         Kebudayaan sebagai hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. (Selo Sumarjan)
  • ·         Kebudayaan adalah manifestasi dari cara berpikir (Sutan Takdir Alisyahbana)
  • ·         Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan cara belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya. (Koentjaraningrat)
  • ·         Kebudayaan adalah manifestasi atau penjelamaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya (A.L Krober dan C.Kluckhon)

E. UNSUR KEBUDAYAAN
Tujuh unsur kebudayaan menurut C.Kluckhon :
1.       Sistem kepercayaan. Manusia menganggap diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lainnya yang Maha Besar.
2.       Sistem organisasi kemasyarakatan. Manusia menyadari bahwa tubuhnya lemah namun memiliki akal. Oleh karena itu manusia membuat organisasi kemasyarakatan agar manusia dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3.       Sistem pengetahuan. Kemampuan manusia mengingat apa yang ia ketahui kemudian menyebakannya ke orang lain menyebabkan pengetahuan menyebar luas. Bahwa dapat melebihi apa yang dibukukan.
4.       Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi. Menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum bertingkat.
5.       Sistem peralatan dan teknologi. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan peralatan untuk mencukupi kebutuhannya.
6.       Bahasa. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bentuk bahasa tulisan.
7.       Kesenian. Setelah kebutuhan fisiknya tercukuoi, manusia ingin memuaskan kebutuhan psikis. Mereka perlu pandangan yang indah serta suara yang merdu melalui seni.

F. WUJUD KEBUDAYAAN
  • Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Wujud ini disebut sistem budaya, bersifat abstrak, tidak dapat dilihat, dan berpusat pada kepala-kepala manusia yang dianutnya.
  • Kompleks aktivitas. Sering disebut sistem sosial. Terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan, serta bergaul satu dengan lain. Bersifat konkret.
  • Wujud sebagai benda. Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai peralatan sebagai karya manusia benda untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Mulai dari benda yang diam sampai benda yang bergerak.

Ketiga hal tersebut tidak dapat terpisah dalam kehidupan sehari-hari. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada tindakan-tindakan dan karya-karya manusia.

G. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Menurut C.Kluckhon, sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia secara universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia :
  • Hakikat hidup manusia (MH), hakikat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrem; Ada yang berusaha untuk memadamkan hidup, ada pula yang dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik, “mengisi hidup”
  • Hakikat karya manusia (MK), setiap kebudayaan mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan atau kehormatan, karya menambah gerak hidup untuk melakukan karya lagi.
  •  Hakikat waktu manusia (WM), setiap kebudayaan mempunyai hakikat waktu berbeda. Ada yang beriorentasi masa lampau, ada juga yang berorientasi masa depan.
  • Hakikat alam manusia (MA), ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin. Ada kebudayaan yang beranggapan manusia harus harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah kepada alam.
  • Hakikat hubungan manusia (MN), ada kebudayaan yang mementingkan hubungan manusia dengan manusia. Ada kebudayaan yang berpandangan individualitis.

H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Penyebab perubahan kebudayaan :
  • 1.       Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri, misalnya perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
  • 2.       Sebab-sebab perubahan lingkungan alam fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain, cenderung berubah lebih cepat.

Perubahan ini, selain karena jumlah penduduk dan komposisinya, juga karena adanya difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru (teknologi dan inovasi).
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarakat atau sejumlah warga masyarakat yang bersangkutan.

I. KAITAN MANUSIA DENGAN KEBUDAYAAN
Kaitan manusia dengan kebudayaan adalah : Manusia sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan sebagai objek yang dilaksanaakan manusia. Manusia menciptakan kebudayaan kemudian kebudayaan itu mengatur hidup manusia. Sehingga manusia dan kebudayaan adalah satu kesatuan.

Hubungan manusia dan kebudayaan dipandang setara dengan hubungan manusia dengan masyarakat secara dialektis (saling terkait satu sama lain). Proses dialektis tercipta melalui tiga tahap :

  1. Eksternalisasi, proses di mana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
  2. Obyektivasi, proses di mana manusia menjadi realitas obyektif
  3. Internalisasi, proses di mana masyarakat disergap kembali oleh manusia.